Selain itu, adanya perubahan di AD ART terkait komposisi dewan pembina juga disebutnya sebagai sesuatu yang menarik.
“Selain itu, perubahan AD ART terkait komposisi dewan pembina juga menarik. Lima orang yang duduk di dewan pembina terdiri dari dua pengurus DPP (Ketua Umum dan Sekertaris Jenderal), dua dari unsur dewan pendiri, dan satu dari pengurus wilayah. Artinya mayoritas (tiga) dari lima dewan pembina secara tidak langsung ada figur yang berasal dari pilihan demokratis anggota partai. Perubahan komposisi dewan pembina ini mengurangi secara signifikan kekuasaan dewan pendiri yang sebelumnya sangat dominan dalam struktur dewan pendiri yang nota bene tak tergantikan,” paparnya.
“Rupanya PSI mendengar dan mengakomodir kritik dan masukan yang selama ini banyak menyoroti kekuasaan dewan pembina yang terlalu dominan bahkan memiliki kekuasaan absolut. Struktur baru ini membuat partai menjadi lebih demokratis di mana anggota memiliki kekuasaan yang lebih besar,” tuturnya.
Ada-adanya perubahan tersebut, yang disebut oleh Saidiman sebagai perubahan yang fundamental di tubuh PSI saat ini.
“Perubahan sistem pemilihan ketua umum dan struktur dewan pembina, menurut saya, sangat fundamental. Di luar dari kontroversi pilihan atau keputusan politik PSI beberapa waktu terakhir, kali ini PSI berhasil sedikit memberi harapan,” tegasnya.
“Terlepas dari siapa pun yang terpilih dan duduk di DPP dan dewan pembina PSI, semoga sistem baru ini berjalan konsisten dan mendorong perubahan yang lebih luas bagi sistem kepartaian secara menyeluruh di Indonesia,” terangnya.