“Ini tamparan protokol yang memalukan bagi seorang Perdana Menteri yang membawa nama Malaysia dan ASEAN,” katanya.
Ia menambahkan, saat Tun Dr. Mahathir Mohamad berkuasa, Malaysia pernah menjadi tamu kehormatan Bastille Day pada 1997 di bawah undangan langsung Presiden Jacques Chirac. Tapi kini, di bawah kepemimpinan Anwar, Malaysia justru dianggap tak lagi relevan.
Wan menyoroti bahkan media-media besar Prancis seperti Le Monde hingga Le Figaro tak menyinggung kunjungan tersebut sama sekali, termasuk pidato Anwar di Universitas Sorbonne yang bertema ASEAN.
Lebih lanjut, Wan Fayhsal menyebut tidak ada inisiatif strategis atau kesepakatan penting yang berhasil dicapai selama kunjungan tersebut. Ia menilai pemerintah hanya mengulang pengumuman investasi lama tanpa adanya capaian baru di bidang geopolitik, teknologi, atau kerjasama pertahanan.
“Malaysia seharusnya berada di barisan depan diplomasi ASEAN. Tapi lawatan ini hanya mengukuhkan citra lemah kepemimpinan Madani dalam menempatkan negara di pentas antarabangsa,” sindirnya.
Ia menutup dengan mengatakan bahwa Malaysia kini tenggelam bukan karena kecil, tapi karena pemimpinnya gagal memainkan peranan besar. (fajar)