Jangan Ajari Kami Patriotisme, Kaulah yang Berbuat Makar Terhadap Rakyat dan Konstitusi

  • Bagikan

Lebih dari itu, tudingan makar terhadap rakyat mencerminkan pembalikan logika yang amat kasar. Makar yang sesungguhnya justru dilakukan oleh para elite yang menyalahgunakan kekuasaan, menumpuk kekayaan dari jabatan publik, duduk di lembaga negara atas dasar relasi politik, bukan kompetensi.

Mereka yang seharusnya menjaga konstitusi justru menjadi aktor utama dalam perongrongan nilai-nilai demokrasi. Dalam situasi ini, menjadi wajar jika masyarakat bereaksi keras. Mereka marah, mereka kecewa, dan mereka muak. Muak pada janji-janji kosong, pada teatrikal nasionalisme, dan pada moralitas palsu yang dipertontonkan di ruang publik.

Firman Soebagyo, Dasco atau siapa pun yang hendak menggurui rakyat tentang nasionalisme, seharusnya bercermin lebih dahulu pada integritas diri dan institusi tempat mereka berada. Tidak ada satu pun warga negara yang bisa diajari mencintai tanah airnya dengan cara dipaksa atau ditekan. Nasionalisme tumbuh dari keadilan, bukan dari intimidasi. Rakyat tidak butuh ceramah. Mereka butuh bukti nyata bahwa negara hadir melindungi, bukan menuduh dan menindas.

Tuduhan bahwa ekspresi rakyat adalah tindakan makar adalah bentuk keangkuhan politik yang keterlaluan. Jika hari-hari ini rakyat terlihat sinis, bukan karena mereka melupakan jasa pahlawan, tetapi karena mereka melihat cita-cita para pahlawan justru dikorupsi oleh mereka yang kini mengaku sebagai penjaga republik. Republik ini bukan milik segelintir elit. Republik ini milik seluruh rakyat Indonesia.

Maka siapa pun yang mencoba mengklaim nasionalisme dan patriotisme sebagai milik eksklusif kelompok tertentu, sejatinya sedang melecehkan semangat persatuan dan kesetaraan yang menjadi dasar negara ini berdiri.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan