Teroris Musuh Bersama, Jangan “Islamophobia” Kemudian!

Dengan merah dan tersinggung, Santri itu membongkar isi kardus dan ranselnya, dan dibuang ke hadapan petugas. Isinya ternyata hanya pakaian si santri.
https://twitter.com/firdaus1705/status/996338541759119360
https://twitter.com/adimas_joko/status/996549272509153280
Munculnya arus Islamophobia pasca-rentetan teror bom di Surabaya membuat Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon, berkomentar pedas. Fadli menolak keras jika aksi teror bom harus dikaitkan dengan agama tertentu, yakni Islam, yang pada akhirnya memunculkan Islamophobia, ketakukan terhadap Islam, di tengah masyarakat.
Fadli Zon menilai, yang harus bertanggung jawab sebetulnya adalah aparat keamanan, bukan justru Islam yang terkesan dikambinghitamkan. Menurutnya, serangkaian aksi teror yang terjadi di Indonesia merupakan bukti bahwa pemerintah telah gagal dalam menjamin keamanan warganya.
Pemerintah gagal jamin keamanan, tulis Fadli dalam kicauannya di akun Twitter @fadlizon, Rabu (16/5/2018).
(Setelah gagal jamin keamanan) kini (pemerintah) harus ikut bertanggung jawab jika terjadi arus islamophobia oleh oknum-oknum Islamophobik, tukas wakil ketua umum DPP Partai Gerindra itu.
Hal lain yang ikut menghangat pasca-rentetan bom di Surabaya adalah desakan pengesahan RUU Anti-Terorisme yang "nyangkut" di DPR karena perdebatan definisi apa itu terorisme. (BACA: RUU Anti-Terorisme Nyangkut karena Belum Jelas Ini Wewenang Polri atau TNI)
“Jadi, memang seharusnya definisi terorisme itu jelas di dalam aturan RUU (Anti) Terorisme. Karena jika tidak dijelaskan definisi itu, maka setiap orang yang mencurigakan langsung ditangkap tanpa persidangan. Ini namanya kembali ke zaman Orba (Orde Baru),” jelas Direktur Eksekutif Sabang Merauke Circle (SMC), Syahganda
Nainggolan, kepada Indopos.