Pesimisme di Balik Pidato Optimisme

  • Bagikan
Kasus Krakatau Steel yang bernasib naas di tengah musim durian runtuh dari pembangunan infrastruktur yang dinikmati perusahaan China, harusnya menjadi pelajaran. Baja dan semen yang merupakan komponen utama pembangunan infrastruktur, justru tidak membawa BUMN meraup untung. Semua itu terjadi karena ada kebijakan dari pemerintah, terkait investasi dan impor. Ini sungguh bertolak belakang dari gagasan berdikari yang pernah digagas pada awal pemerintahan beliau di periode pertama. Jika pada periode kedua ini akan dipermudah lagi investasi itu, maka dipastikan tidak ada lini industri yang tidak jatuh di tangan investor asing.  Justru yang dibutuhkan adalah perlindungan atau proteksi dari pemerintah agar BUMN dan perusahaan swasta nasional/lokal dapat tumbuh sehat, berpartisipasi dan menikmati pembangunan infrastruktur. Adapun soal pembangunan sumber daya manusia, publik semakin gamang akan realisasinya. Kita tak kurang tenaga ahli. Puluhan juta sarjana hingga doktoral dari anak negeri ini. Bahkan sebagiannya mengabdikan ilmunya di luar negeri dan pada negara dan perusahaan asing. Yang diperlukan mereka adalah penghargaan dari negara berupa penyediaan lapangan kerja dan apresiasi bagi  ilmu atau karya mereka. Revolusi Mental yang menjadi jargon pembangunan SDM periode pertama bisa dianggap gagal. Pelbagai kekisruhan yang terjadi justru disebabkan atau dipicu oleh pihak-pihak yang berada di posisi penguasa. Bahkan penguasa sering gagal mengatasi kekisruhan yang ada dengan penyelesaian yang baik.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan