INDEF Sarankan Jokowi Segera Rombak Tim Ekonomi

  • Bagikan
Anak Legislator Golkar Palopo Tewas Gantung Diri di Rumah Kebun Apakah Diabetes Bisa Disembuhkan? Ini Penjelasannya Teh Kapulaga, Ini 5 Manfaat untuk Kesehatan Erin Taulany Mulai Aktifkan Akun Instagram, Cuma… Di sisi lain, Bhima menegaskan, Incremental Capital-Output Ratio (ICOR) yang menunjukkan inefisiensi investasi terhadap pertumbuhan ekonomi harus ditekan. Saat ini, posisi ICOR Indonesia masih berada di level 6,6 persen. Yang artinya, investasi belum efektif untuk dapat mengerek pertumbuhan ekonomi nasional. “Artinya setiap kenaikan satu persen pertumbuhan ekonomi membutuhkan 6 persen input investasi. Ini, yang membuat investasi indonesia belum menarik. Idealnya harus ditekan menjadi di bawah 4 persen,” terangnya. Yang paling terakhir, pemerintah juga diminta untuk berbenah persoalan perizinan usaha yang masih berbelit. Menurut Bhima, perizinan usaha antara pemerintah pusat melalui Online Single Submission (OSS) dan pemerintah daerah dengan Perizinan Terpadu Satu Pintu (PTSP) masih belum terintegasi. Hal inilah yang menjadi salah satu penghambat investor. “OSS selalu belum matching dengan namanya PTSP yang ada di daerah-daerah. Harusnya, PTSP itu kan terintegrasi dengan OSS, khususnya perizinan wilayah. Kalau belum nyambung maka ini akan menjadi PR tambahan para investor. Karena harus melakukan submit dua kali atau bahkan berkali-kali ke OSS dan ke PTSP kalau investasinya di daerah,” pungkasnya. (jp)
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan