None: September Saya Sudah Fokus Pilwalkot Anselmus Bona: Kurator Harus Bantu Pengusaha Bangkit dari Ancaman Pailit Pemerintah Naikkan Tunjangan Petinggi BPJS Rekrut 52 Ribu Guru PNS, Ditambah Pengangkatan Honorer Kualitas Pupuk Menjadi Kunci Kemajuan PertanianRasa keadilan orang Hong Kong sendiri mengatakan: tidak mau, tidak mau, tidak mau. Kalau Hong Kong jadi surga kejahatan. Menjadi tempat persembunyian pembunuh, koruptor, dan pelanggar hukum. Yang selama ini tidak bisa diekstradisi ke negara asal. Pedemo hanya tidak setuju karena dua hal: jangan sampai perkara politik pun akan diekstradisi. Dan di Tiongkok tidak akan mendapat perlakuan hukum yang fair dan adil. Itu benar. Juga ada salahnya. Seolah ekstradisi itu hanya ke daratan. Dan seolah pasti begitu. Padahal negara lain juga berkepentingan. Pembunuh pacar di Taiwan tidak bisa diekstradisi. Sampai sekarang.
Heran Kesabaran

Melumpuhkannya. Memang tidak sampai 1 juta orang. Bahkan 'hanya' ribuan, tetapi empat hari beruntun.
Bukan main.
Polisi tetap saja sabar.
Hari kelima kemarin demo di bandara tetap diizinkan. Kali ini lokasinya yang dibatasi. Hanya di dua lokasi: terminal kedatangan kanan dan kiri. Tidak lagi mengganggu yang mau check-in.
Pemerintah Hong Kong juga sabar.
Pun pemerintah pusat.
Dalam konstitusi Hong Kong hak bersuara dan demo memang dijamin.
Pedemo pun begitu pintar. Mereka belajar banyak dari demo-demo masa lalu --yang sudah seperti makan harian di Hong Kong.
Tiongkok juga belajar dari masa lalu. Juga harus lebih pintar dari pedemo.
Tiongkok berhitung. Isu demo kali ini tidak terlalu kuat: soal ekstradisi itu.