Sudah kesal dengan masalah ekonomi, Karin makin dibuat kesal dengan performa ranjang Donwori. Katanya, ‘ Itu’- nya terlalu kecil dari ukuran kebanyakan. Ditambah, Donwori tidak kreatif. Sehingga jangankan bahagia, Karin lebih sering merana. "Kadang aku pengen koyo nak pilem-pilem. Cuma areke kan kaboten awak ya. Dadi diajak aneh-aneh males sisan," sambat Karin.
Gara-gara ini jugalah, kekesalan Karin ke Donwori makin dobel-dobel. Setidaknya kalau tidak bisa mencukupi dua-duanya, mbok ya salah satu. Kan kalau banyak uang tapi suami letoy, Karin bisa jajan. Eh! Atau kalau gak ada uang tapi sudah bahagia di ranjang, setidaknya bisa mesra dan saling mengerti. Ya kannn?
Tapi, ini blas gak ada yang dipertahankan. "Mangkane sebelum dipecat temenan areke, tak njaluk cerai duluan. Cek setidake engkuk ono duwet lek tak tuntut uang imbalan," lanjut Karin.
Baginya, tak masalah gara-gara perceraian ini ia dilabeli matre oleh keluarga besar Donwori. Meski selama ini juga sudah dicap matre. Karena baginya, perempuan memang harus matre. Kalau cuma berdua saja masih kelaparan, bagaimana bisa menghidupi anak nantinya, pikirnya. Sory ya, cari yang lain saja. (*/opi)
(sb/is/jay/JPR)