Indonesia Maju, Integrasi Wawasan Kependidikan, dan Entrepreneurship

  • Bagikan

Dalam hal indeks kemudahan berinvestasi, Indonesia menempati peringkat ke-73 dari 190 Negara (Bank Dunia, 2019), turun satu peringkat pada tahun sebelumnya. Selanjutnya, indeks kewirausahan global menempatkan Indonesia di peringkat ke-94 dari 134 negara. GEI mengukur ekosistem berwirausaha sebuah negara meliputi perilaku, sumber daya, dan infrasturktur (Acs et al., 2018).

          Ketiga index tersebut menunjukkan posisi Indonesia, masih jauh tertinggal dari negara-negara lainnya. Indonesia harus berbenah untuk meningkatkan peringkat HDI pada faktor-faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Selain membenahi faktor ketertinggalan tersebut, diharapkan mampu melihat potensi lainnya yang dapat mendorong peningkatan daya saing bangsa.

Indonesia Maju

Daya saing bangsa ditentukan oleh kemampuan masyarakat untuk berkonstribusi memajukan negaranya, sehingga mampu berkompetisi dengan negara lainnya. World Bank (2005) merilis bahwa kemampuan berinovasi dan kreativitas (45%) menempati peringkat pertama, disusul oleh networking (25%), teknologi (20%), dan sumber daya alam (10%).

Akumulasi potensi pertama hingga ketiga berjumlah 90%, semuanya berasal dari sumber daya manusia. Indonesia harus bisa melihat potensi yang dimiliki, mengoptimalkannya hingga menjadi pembeda dengan negara lain, dan akhirnya dapat berkompetisi di dunia global.

Perguruan tinggi memegang peranan penting untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Proses pemelajaran di bangku kuliah dengan menyiapkan bekal pengetahuan dan keterampilan bagi mahasiswa yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Tidak hanya sekedar merespon link and match antara kebutuhan industri dan dunia pendidikan, namun juga alumni yang dihasilkan mampu menjawab tantangan saat mereka berproses, meninggalkan kampus, dan berkiprah di masyarakat. Esensinya, diharapkan menjadi manusia yang mampu beradaptasi terhadap perubahan.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan