Manajemen beruntung mendapatkan direksi baru melawan perubahan sistem komunikasi dan perilaku konsumsi informasi masyarakat. Era disrupsi memaksa semua media bekerja keras mempertahankan pembaca. Pare Pos butuh tenaga ekstra dengan kepemimpinan yang tepat untuk melipir keluar dari keterpurukan.
Selain itu, sumber informasi yang banyak dengan pilihan berita "melimpah" menyebabkan beban di pundak Mappiar semakin berat. Media mainstream harus bergerak cepat, inklusi dan memberi pemahaman bahwa mereka menyajikan berita terpilih, terbaik, dihasilkan oleh wartawan kompeten yang patuh pada kode etik, bekerja profesional dengan pijakan UU No 40/1999.
Beberapa hari ke depan, Mappiar akan ke Parepare, bekerja, berinovasi, melayani ekosistemnya dengan menakhodai Pare Pos untuk mendukung kemajuan Ajattapareng.
Kolega saya ini telah memilih jalan berundak dengan pijakan yang 'goyah' karena era komunikasi yang berubah. Secara pribadi saya dan teman-teman pengurus PWI Sulsel harus mendukung dan memotivasinya karena perjuangnnya masih panjang dan berat.
Secara internal, dia harus mengubah gaya kepemimpinannya yang sesuai situasi. Menjadi pemimpin transformasional adalah pilihan terbaik agar bisa mengubah sikap, motivasi dan kinerja karyawan supaya adaptif terhadap perubahan. Tanpa melakukan hal ini, Mappiar hanya akan menjadi nakhoda kapal kosong yang rapuh. Selamat bertugas cappo! (*)
[Tulisan ini sudah Dimuat di Pare Pos, 5 Januari 2020]