Dia ulama multitalenta. Mubalig, jurnalis, hingga novelis. Karya sastranya sangat diwarnai kultur Makassar.
Laporan: SAKINAH FITRIANTI
FAJAR.CO.ID---Ulama bernama lengkap Syekh Haji Abdul Karim Amrullah yang tenar dengan sapaan Buya Hamka itu meninggal di Jakarta, 24 Juli 1981. Peninggalan intelektualnya masih ada hingga kini.
Di Sulawesi Selatan, dialah yang membawa warna baru bagi dunia pendidikan Islam. Bahkan hingga ke pelosok Sulsel. Hamka tidak hanya berdiam tiga tahun di Kota Makassar. Ia berkeliling menyusuri daerah-daerah hingga ke Palopo dan Polewali (Sulbar).
Hamka aktif mengisi pembelajaran di sekolah khusus untuk memberantas buta aksara yang sangat tinggi saat itu. Sekolah itu dinamakan Menyesal School, yang kini juga familiar dengan pemberantasan buta aksara.
Dinamakan demikian, sebab cakupannya diperuntukkan bagi mereka yang telah usia lanjut namun ingin tetap mengenyam pendidikan. Hingga setelah Hamka meninggalkan Makassar, sekolah itu masih jalan.
"Dia juga yang merintis pendirian Muallimin di Jalan Muhammadiyah sekarang. Hingga saat ini masih tetap berdiri bahkan sudah ada beberapa sekolah di dalamnya," jelas Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel Mustari Bosra.
Sekitar tiga tahunan Hamka memoles dunia pendidikan di Sulsel, mengajar hingga ke pelosok. Tidur bersama masyarakat setempat tanpa memandang sekat. Itu yang diperlihatkan Hamka selama keliling daerah di Sulsel.
"Pernah ke Sengkang, Palopo hingga Majene. Di sana ia memotivasi berdirinya Madrasah Tsanawiyah, sehingga tumbuh dan besar sekolah itu hingga saat ini," ucapnya.