Pedagang lainnya, Insanul Haq, menuturkan bahwa pihaknya mendukung pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Namun, dia menyayangkan jika pasar dan pusat perbelanjaan lainnya tetap buka. ’’Itu sih. Kalau memang PSBB total, ya ayo total. Kalau sudah jelas begini, kan enak,’’ ucapnya.
Pedagang yang memiliki tiga toko di PGS tersebut tentu memutuskan untuk berdagang secara online. Sebab, dengan cara itulah, pihaknya bisa menjaga kepercayaan pelanggan yang tersebar di berbagai provinsi. ’’Iya, kan ekspedisi masih bisa berlangsung. Semoga saja lancar,’’ tuturnya.
Sementara itu, perwakilan manajemen pengelola PGS Dedy Prasetyo menjelaskan bahwa awalnya pedagang mempertanyakan kejelasan informasi penutupan PGS saat PSBB. ’’Iya, kan semua juga harus mematuhi dan memahami perwali itu. Tapi, yang mucul malah misinformasi. Ada yang bilang Kapasan buka, sedangkan PGS tutup,’’ ujarnya kemarin. ’’Seharusnya ada penegasan atau peraturan turunan agar 1.500 pedagang ini jelas,’’ lanjutnya.
Dia berharap pengelola dengan pemerintah kota (pemkot) bisa bersinergi. Dedy mengungkapkan, setelah masa karantina 14 hari selesai, pihaknya tidak dilibatkan dalam sosialisasi PSBB dan hanya diberi selebaran.
Ketika disinggung tentang PGS tetap beroperasi atau tidak, pihaknya menegaskan bahwa PGS tutup sesuai dengan peraturan yang ada. Selama penutupan tersebut, pihaknya telah menyediakan hotline khusus untuk komunikasi antara manajemen dan pedagang. Selain itu, pihaknya menyiagakan petugas untuk melakukan piket rutin. ’’Posko komunikasi bakal kami buka. Siapa tahu, nanti ada pedagang yang mau ambil barang kan. Barangkali bisa sesuai dengan koridor peraturan,’’ tandasnya. (jpc/fajar)