Mengharukan! Kisah Pasutri Penyintas COVID-19

  • Bagikan

Pada hari itu pula keduanya langsung dibawa ke RS Paru Jatisari.

Andi mengaku hari-hari pertamanya melakukan perawatan karantina di rumah sakit mengalami stres.

Pikiran negatif bahwa pasien positif corona indentik dengan kematian melekat di kepalanya. Bahkan ia sempat mengalami hipertensi karena beban pikiran.

Namun keluarga, kerabat, dan rekan-rekan kerjanya selalu menyemangati dan meyakinkan bahwa banyak pasien positif corona yang bisa sembuh.

Semangat itu juga didapatkan oleh Nevi dari sesama pasien positif corona di rumah sakit terutama yang satu ruangan dengannya.

Hampir satu bulan berada di tempat yang sama, tentunya membentuk rasa kekeluargaan.

Mereka saling mengobrol mengisi waktu selama karantina, saling menanyakan perkembangan kesehatan dan tentunya saling memotivasi.

“Ada juga yang suami istri, kami saling tanya kabar, perempuan sama laki-laki ruangannya dipisah. Sesekali saya menjenguk suami,” ujar Nevi.

Andi kembali bercerita, selama di rumah sakit mereka dirawat dengan baik. Mereka merasa benar-benar difasilitasi, terlebih biaya perawatan ditanggung pemerintah.

Namun senikmat apa pun makanan yang disediakan dan semewah apa pun pelayanan yang diberikan, tentunya tidak menggantikan rasa rindu dengan keluarga.

“Kami makan enak di sini malah kepikiran keluarga di rumah makan apa,” kenangnya.

Cerita menarik juga disampaikan oleh Ai Julaiha (66), mertua Andi yang saat itu tengah tinggal serumah.

Bahkan enam anggota keluarga lainnya juga tinggal bersama mereka yakni tiga orang cucunya dan tiga orang anaknya, saudara kandung Nevi.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan