Geretak api di malam gelap itu membuat seorang anggota polisi yang sedang berjaga segera keluar. Brigadir Leo Nardo Latupapua kaget ketika melihat seseorang berdiri di luar seolah menantangnya.
Abdurrahman kemudian menyerbu masuk ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT). Pemuda berusia 19 tahun itu menyerang Brigadir Leo dengan samurai. Suara perkelahian rupanya membangunkan Bripka Azmi di ruangan Unit Reskrim. Bersama dengan Kanit Intel Brigadir Sahat yang juga berjaga, mereka mendatangi ruangan SPKT.
Namun, belum sempat masuk, kedatangan mereka segera disambut oleh Abdurrahman dengan sabetan samurai. Merasa tak dilengkapi senjata yang memadai, mereka akhirnya lari dan masuk ke ruangan Intel dan Binmas. Masing-masing mereka mengunci diri di sana, sembari menghubungi Polres HSS.
Abdurrahman sendiri tak berusaha kabur. Dia bertahan di ruangan Unit Reskrim Polsek Daha Selatan, seolah menunggu petugas lain yang akan datang.
Tak berapa lama kemudian, bantuan dari Polres Hulu Sungai Selatan datang. Petugas segera mengepung Mapolsek dan menyelamatkan kawan mereka yang terkurung. Di ruangan SPKT, mereka segera melarikan Brigadir Leo yang telah bersimbah darah.
Melalui corong, petugas meminta Abdurrahman untuk keluar dan menyerah. Namun, tak ada jawaban dari dalam. Tanpa ragu, petugas kemudian masuk dan melepaskan tembakan ke dalam untuk melumpuhkan pelaku. Pria itu tewas dengan luka tembak.
Wardiani seorang warga Desa Bayanan, Kecamatan Daha Selatan yang berada tidak jauh dari Mapolsek setempat tidak menyangka insiden bakal sejauh itu. Dia yang melihat ada kebakaran mobil, sejatinya hendak melaporkan ke kantor polisi. "Ternyata di dalam polisi ada ditimpas orang pakai samurai,” katanya.