Dia menjelaskan sejumlah laboratorium mendapatkan SK Menkes untuk melaksanakan uji PCR. Menurut dia, laboratorium ini selain mendapatkan donasi bahan habis pakai dari sejumlah lembaga, juga perlu mendapatkan dukungan dari Kemenkes. Sebab Kemenkes adalah lembaga yang menunjuk sebagai laboratorium rujukan.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menilai sinyalamen reshuffle yang dilontarkan Presiden Jokowi tidak main-main. Itu tampak dari ekspresi kekecewaan dan kegeraman presiden atas kinerja pembantu-pembantunya. Salah satu yang menjadi sorotan presiden dalam rapat tertutup itu adalah Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. “Ini seperti kode keras kepada menteri yang bersangkutan,” kata Burhanuddin.
Yang juga menimbulkan pertanyaan karena rapat kabinet tersebut bersifat internal. Namun akhirnya di-upload secara terbuka oleh Sekretariat Presiden. Ada jeda waktu sekitar 10 hari sejak rapat internal itu dilakukan pada 18 Juni yang lalu.
“Ini bukan kebetulan tapi ada unsur kesengajaan. Seperti mengingatkan anggota kabinet bahwa ancaman reshuffle tidak main-main,” paparnya. Alasan lain, jelas dia, isu reshuffle bagian dari testing the water untuk melihat reaksi publik.
Di sisi lain dia menilai pidato yang menunjukkan sinyal reshuffle kabinet ini relatif terlambat disuarakan Jokowi. Alasannya, indikasi kurang bekerjanya mesin kabinet dalam merespon wabah Covid-19 sudah terlihat sejak awal. Menkes Terawan Agus Putranto, contohnya.
Sebenarnya kinerja menkes sudah terlihat kedodoran dan gagap dari awal. Beberapa bulan terakhir, Menkes Terawan juga terkesan menghilang dari amatan publik. “Justru kenapa baru sekarang (reshuffle, Red) diucapkan. Kan indikasi kinerja menkes dan beberapa kementerian yang lain sudah terlihat melempem sejak krisis ini menerpa,” tegasnya.