FAJAR.CO.ID -- Program Kementan yang menyasar Sulsel pada 2017 lalu, sebagai salah satu wilayah yang dicanangkan jadi sentra produksi bawang putih, diakui ada oleh Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Sulsel, Andi Ardin Tjatjo.
"Bantaeng, Sinjai bahkan Enrekang. Di Enrekang malah cukup luas (lahan tanam) juga di sana, saya dengar informasinya," bebernya.
Tetapi, ia mengaku tak mengetahui perkembangannya. Program ini disebutnya intervensi langsung kementan kerja sama dengan kabupaten yang ditunjuk jadi lokasi uji coba. Kementan memang ada program uji coba agar Indonesia bisa swasembada bawang putih.
Pengembangan bawang putih juga dilakukan Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Sulsel. Bank Indonesia juga ada program sama dengan Kementan namun tujuannya untuk menekan inflasi karena harga bawang putih relatif selalu jadi pemicu inflasi untuk kelompok bahan pangan.
"Saya sebenarnya sudah minta laporan-laporan produksi komoditas termasuk bawang putih. Namun belum kami terima. Kebetulan saya Kadis baru menjabat. Nanti akan saya sampaikan saat datanya sudah ada," jelasnya.
Pengembangan bawang putih sebenarnya potensial di Sulsel. Daerah yang bisa membudidayakan bawang merah biasanya cocok juga jadi sentra bawang putih. Namun ada banyak tantangan sehingga kurang dilirik petani di Sulsel.
"Pertama, biaya produksi dan operasionalnya jauh lebih mahal dari budidaya bawang merah. Kedua, harga jualnya kurang menguntungkan petani saat musim panen karena bawang putih impor jauh lebih murah di pasaran," jelasnya
Agen-Importir
Derasnya laju impor bawang putih meski baru beberapa bulan berjalan tahun ini, tak terlepas dari relaksasi impor pangan yang diberi lampu hijau oleh pemerintah, untuk mengamankan stok pangan di masa pandemi.
Kementan mencatat, ada 48,7 ribu ton bawang putih masuk Indonesia tanpa izin. Terhitung sebanyak 33 perusahaan yang memasukkan bawang putih impor tanpa Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH).
Agen bawang putih di Sulsel, Jul Sandy mengaku, momentum bulan puasa beberapa waktu lalu sebenarnya, membuat permintaan menjadi tinggi. Sementara stok dipasaran kurang, kalau pun ada itu mahal.
"Di Ramadan kemarin saya sama teman-teman suplai ke pasar di Gowa, Maros, sama Makassar sekitar 3 ton. Barang saya ambil dari Surabaya," terang kader HIPMI Sulsel itu. Pelaku di sektor ini ada banyak. Karena itu, ada beragam jenis merk produk impor bawang putih yang tersebar di pasaran.
Tiap merk, memiliki kelasnya masing-masing. "Kalau saya dorong produk kelas 2. Saya lempar di pasaran itu harga Rp15-16 ribuan. Level pengecer harganya berkisar Rp23-25 ribuan per kilogram," katanya.
Direktur CV Sumber Prima Celebes, Faisal Rahim mengaku, pihaknya menjadi satu-satunya importir lokal di Sulsel, yang per 18 Maret lalu telah mengantongin izin importasi bawang putih. "Sebetulnya pelakunya (importir) banyak. Tetapi, rata-rata di Jawa. Saya punya kuota 8.700 ton," sebutnya.
Pada periode relaksasi impor bawang putih untuk stok kebutuhan pangan di masa pandemi pada durasi waktu pertengah Maret hingga 31 Mei, pria jebolan Hipmi Sulsel itu memasok bawang putih sekitar 500 ton.
"Tetapi itu, belum dicatat sebagai realisasi impor dari kami. Karena itu masuk periode relaksasi. Baru Juni akan dihitung," imbuhnya. Kalkulasinya, di Sulsel sebelum covid-19 kebutuhan bawang putih bulanannya berkisar 720 ton.
Tetapi, memasuki masa pandemi, angkanya seret seiring banyaknya hotel juga restoran yang tutup. Dihitung pada masa PSBB kebutuhan kisaran 350 ton saja. "Tetapi ini kan sudah buka lagi sektor ekonomi karena pelonggaran aktivitas. Permintaan juga mulai naik kembali. Berapa pun Sulsel butuhkan kami siap," tegasnya.
Soal asal produk, Faisal mengungkapkan, itu berasal dari Tiongkok. Hanya saja produk tak bisa langsung direct ke pelabuhan yang ada di Makassar. Meski melalui pelabuhan tertentu terlebih dahulu. "Barang saya tiba di Tanjung Perak. Kami juga importir, punya kewajiban tanam. Itu 5 persen dari kuota kami. Rencananya nanti, saya incar Malino. Tetapi ada juga yang tawari di NTB. Kewajiban tanam memang, bebas daerah mana saja di Indonesia," tutupnya. (*/abg)