Kisah Pilu TKW yang Meninggal di Negeri Seberang

  • Bagikan

FAJAR.CO.ID, KEDIRI -- Tak ada biaya membuat jasad Kristinawati sempat lima hari tidak ada kejelasan. Antara dimakamkan di Malaysia atau dibawa pulang ke Indonesia.

Kisah ini pun sempat membuat heboh di beberapa portal berita dan media sosial Kota Kediri.

Sungguh memilukan apa yang dialami oleh Kristinawati, 57, tenaga kerja wanita (TKW) asal Kelurahan Betet, Pesantren, Kota Kediri. Perempuan berkerudung tersebut dinyatakan meninggal di Negeri Jiran Malaysia. Lantaran menderita stroke.

Sempat dirawat selama 25 hari di RS Sultan Ismail Johor Bahru, Johor, Malaysia, Kristin akhirnya dinyatakan meninggal dunia. Pihak RS menyatakan bahwa perempuan berkerudung tersebut mengembuskan nafas terakhirnya pada Selasa (25/8) lalu sekitar pukul 13.51 waktu setempat.

Namun, sepeninggalnya, justru drama semakin menjadi. Pasalnya, jenazah Krsitin sempat tidak jelas nasibnya. Apakah dibawa pulang ke kampung halaman atau sebaliknya. Yakni dimakamkan di taman pemakaman umum di Johor, Malaysia.

“Kami (relawan) sejatinya sudah membuka donasi sejak beliau dirawat hingga meninggal dunia. Namun, donasi yang terkumpul belum cukup,” ujar Arief Witanto, ketua tim relawan pemulangan Kristinawati.

Dari total jumlah biaya Rp 30 juta, pihaknya hanya dapat mengumpulkan donasi tak sampai Rp 5 juta. Praktis, uang yang terkumpul tersebut tidak cukup untuk menebus kepulangan Kristin sehingga bisa dimakamkan di kampung halamannya dengan layak.

Masalah menjadi semakin pelik lantaran pihak keluarga hanya pasrah dengan hal tersebut. Bahkan, setelah ada kabar meninggalnya Kristin, pihak keluarga tidak mengupayakan agar jenazah perempuan kelahiran 7 Januari 1963 tersebut dapat dibawa ke Indonesia.

Berdasarkan keterangan Arief, sehari setelah kabar kematian Kristin didapatkan, pihak keluarga langsung mengadakan musyawarah. Dihadiri oleh Rudy Hariyanto, 39, anak kandung, dan Suwandi, 65, kakak kandung Kristin.

“Dari musyawarah tersebut pihak keluarga sepakat dan meminta agar jenazah ibu dan adik kandungnya tersebut dimakamkan di Malaysia,” tutur pria gondrong tersebut.

Keputusan atau hasil musyawarah tersebut dituangkan dalam surat pernyataan yang ditandatangani Rudy, Suwandi, dan seorang perangkat setempat. Surat tersebut ditandatangani sekitar pukul 09.00 dengan sebuah materai Rp 6 ribu tertera di kertas folio bergaris tersebut.

Dalam surat pernyataan tersebut, pihak keluarga menuliskan bahwa Kristin yang telah meninggal di Malaysia agar dimakamkan di sana. Konsulat Jenderal RI Johor Bahru, Malaysia pun telah mengeluarkan surat keterangan kematian Kristin. Surat dengan nomor 295/08/SKMt/Kons-JB/2020 tersebut menyatakan bahwa kematian disebabkan oleh penyakit stroke.

Lebih lanjut, dengan surat keterangan yang dibuat oleh ahli waris tersebut, pihak Konsulat Jenderal RI pun menyanggupinya. Dalam surat tersebut juga disebutkan bahwa Kristin dimakamkan di tanah perkuburan Islam Taman Mount Austin Johor Bahru, Malaysia.

“Sehubungan dengan hal tersebut (surat keterangan pihak keluarga, Red) dan tidak ada hal-hal memberatkan, Konjen RI tidak keberatan dengan proses tersebut. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku,” tulis Konsul HM Rohimah dalam surat tersebut. Berdasarkan surat tersebut, jenazah Kristin diketahui dimakamkan Minggu (30/8) lalu.

Arief mengatakan, dalam proses pemakaman tersebut, tim relawan di Malaysia yang merupakan jejaringnya juga turut berperan aktif. Selain membantu mengurusi keperluan administrasi, mereka juga terjun langsung dalam upacara pemakaman tersebut.

Berdasarkan cuplikan video dan foto yang dikirimkan Arief kepada koran ini, tim relawan tersebut turut serta dalam salat jenazah pula. Bahkan, mereka juga terlibat langsung pada saat menggotong jenazah Kristin menuju peristirahatan terakhirnya.

Arief mengaku pihaknya sejatinya ingin agar jenazah dapat dimakamkan di kampung halaman. Namun, lantaran pihak keluarga sendiri yang telah mengikhlaskan kematian tersebut, ia dan rekan relawan lainnya memilih untuk menghormati keputusan yang diambil. “Karena pihak keluarga juga telah meminta seperti itu, kami juga tidak mungkin mendorong (berupaya, Red) agar jenazah yang bersankutan bisa dipulangkan,” imbuh Arief.

Lebih jauh, pihaknya mengaku bahwa tim relawan hanya berharap agar semua pihak dapat diberikan keihklasan atas hal ini. Terutama bagi pihak keluarga agar memiliki kelapangan hati dalam menghadapi takdir yang diberikan Sang Pencipta tersebut.

Sementara itu, Arief juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam aksi sosial ini. Baik para relawan yang ada di Kota Kediri maupun Malaysia. “Terima kasih banyak buat semua yang terlibat. Mari kita doakan agar almarhumah diberi tempat terbaik disisi-Nya,” pungkasnya. (JPC)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan