Selain itu, di bawah pohon sepang nantinya akan dibuat kafe dan taman baca alam. Di sana bisa berlajar tentang sepang, sambil meminum air seduhan sepang. Ditambah lagi mendengar nyanyian burung kacamata. "Jadi kami menganut prinsip konservasi, edukasi, dan harmoni," tutur Wawan.
Lahan Bekas Tambang
Penanaman pohon sepang program kemitraan RHD dengan PT Pertamina DPPU Hasanuddin ini dipusatkan di lahan bekas tambang batu bata milik Wawan. Luasnya sekitar 2.200 meter persegi.
Jadi tidak lagi fokus pada lahan utama RHD yang sudah banyak ditumbuhi tanaman endemik lain. Itu bisa mengganggu pertumbuhan sepang.
Di lahan bekas tambang itu, akan dihadirkan ekosistem baru. Tentu pohon sepang mendominasi. Nantinya menjadi habitat alami dari Burung Kacamata Makassar dan Sulawesi.
Saat ini, burung kacamata sudah sulit ditemui, khususnya Burung Kacamata Makassar. Penyebabnya, habitat mereka makin berkurang. Hutan di wilayah Mamminasata (Makassar, Maros, Sungguminasa, dan Takalar) banyak menjelma jadi kawasan permukiman. Otomatis burung kacamata kian tersisih.
Masalah lainnya, burung kacamata banyak ditangkap. Digunakan untuk keperluan ritual keagamaan. Burung-burung ditangkap untuk selanjutnya dilepas kembali. Namun burung yang dikenal masyarakat Makassar dengan sebutan cui-cui itu banyak mati ketika ditangkap, dikandang, dan dilepas lantaran stres.
Padahal menurut Wawan, burung kacamata banyak manfaatnya. Di pohon sepang, mereka tidak memakan bunga atau bakal buah dari pohon itu. Melainkan memangsa serangka yang bisa menghambat pertumbuhan buah pohon sepang.