Erwin kemudian bikin heboh pemberitaan saat ia seolah 'menelanjangi' aneka program Danny Pomanto (DP) di periode awal. Mulai permasalahan sampah, halte hingga aneka proyek infrastruktur yang terbengkalai.
Tentu aksi kritik yang dilakukan oleh EA akan berdampak buruk terhadap elektoral pasangan Danny-Fatma mengingat Makassar ini didominasi oleh kelompok pemilih rasional yang suka dengan data dan fakta.
Seperti yang dikatakan pengamat politik Rocky Gerung: Kritik adalah vaksin demokrasi. Tugas demokrasi itu mencari dan membongkar kebohongan pemimpin, bukan ajang saling puja-puji.
Lazimnya posisi petahana akan kurang diuntungkan karena biasanya isu yang terbangun lebih dominan narasi negatif. Apalagi memang banyak janji-janjinya yang tidak terealisasi. Suka atau tidak suka, itulah konsekuensi menjadi petahana.
Erwin ingin Makassar jadi kota terbaik di Indonesia melewati Kota Surabaya. Makassar yang memiliki infrastruktur baik, SDM baik, pelabuhan dan airport internasional, termasuk jalan tol yang menghubungkan airport dan pelabuhan itu. Banyak daerah yang tidak memiliki fasilitas seperti itu.
"Tinggal pemimpinnya yang mau mendengar aspirasi masyarakat bukan yang keras kepala. Lihat betapa cantiknya Kota Surabaya di bawah kepemimpinan Bu Risma. Beliau mampu mendandani kotanya, mengatasi banjir, tata kota dengan baik. Korupsi pun hampir tidak terdengar. Karena tata kelola birokrasinya hebat. Makassar harus seperti itu," tandasnya.
Bagi Erwin, hal prioritas yang harus dilakukan untuk mengembalikan kejayaan Makassar adalah mengendalikan laju persebaran Covid-19. Ia berkomitmen, di 100 hari kerja Appi-Rahman, Makassar akan berubah wujud menjadi zona hijau Covid-19.