Tahu dan Tempe Mendadak Hilang di Pasaran

  • Bagikan

Dia menjelaskan, libur produksi atau mogok massal tidak hanya dilakukan oleh SPTI tetapi juga oleh pengrajin tahu dan juga tempe hampir di seluruh Indonesia.

Dengan adanya libur produksi massal ini, dikatakan Musodik, perajin tahu berharap ada perhatian dari pemerintah, agar menekan harga kedelai segera turun.

“Kami ingin menyelamatkan perajin tahu yang kecil-kecil. Kalau tidak segera dilaksanakan (turun harga kedelai atau naik harga produk), bukan hanya perajin tahu yang kecil saja yang terkena dampak, tapi lama-lama yang besar juga bisa tutup,” jelasnya.

Libur produksi ini, kata Musodik, akan diikuti dengan pengawasan bersama di pasar-pasar. Beberapa pasar di Bogor yang diawasi, yakni Pasar Cileungsi, Pasar Anyar, Pasar Merdeka, dan Pasar Jasinga.

Sementara itu, salah seorang produsen tahu di Desa Cilebut Barat, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Dodo (37 tahun), juga akan melakukan aksi libur produksi massal.

Sebab, dirinya juga merasakan kenaikan harga kedelai sejak sepekan terakhir.

“Sudah hampir sepekan ini kenaikannya. Sekarang Rp 9.400, padahal biasanya Rp 7.000 per kilo,” kata Dodo.

Pria yang sudah menjadi perajin tahu sejak tahun 2003 ini pun harus memutar otak agar usaha turun temurun dari keluarganya itu tidak gulung tikar.

Alhasil, dirinya terpaksa mengecilkan ukuran tahunya agar biaya produksi tidak membengkak.

“Segitu juga (konsumen) protes, tahunya jadi kecil. Tapi dari pada harganya kita naikin,” ungkapnya. (pojoksatu)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan