Amran Sulaiman, The Next Jusuf Kalla?

  • Bagikan

Jadi dari aspek kompetisi internal, menurut Arief, disitu AAS akan lebih berpeluang. Karena peluang itu, maka selanjutnya perlu juga diperhitungkan aspek geopolitik dan aspek ceruk dukungan, dalam konteks Pilpres 2024.

Setiap event pilpres, publik akan selalu cenderung menginginkan adanya representasi Indonesia Timur. Tentu kesana itu masih sangat panjang, tetapi segala sesuatunya harus dipersiapkan secara lebih cepat dan matang.

Arief mengatakan, ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh AAS, yaitu, pertama, beliau harus merumuskan gagasan ideal atau roadmap tentang ke-Indonesia-an, karena rumusan gagasan itu sangat penting bagi terbukanya jalan bagi langkah selanjutnya.

Kedua, menguji dan selalu menguji gagasannya, apakah gagasan itu sudah cukup representatif bagi seluruh rakyat Indonesia atau bagaimana. Cara mengujinya sederhana, AAS bisa saja berkeliling Indonesia untuk mendiseminasikan hal itu, di kampus-kampus, lalu bertemu dan brainstorming dengan tokoh-tokoh nasional yang lain.

Ketiga, dalam konteks meraih ceruk dukungan, beliau harus memiliki diferensiasi dari tokoh nasional yang lain, sebab diferensiasi dapat menjadikan peluang AAS menjadi lebih besar daripada figur-figur nasional lainnya yang biasanya memiliki kesamaan.

Keempat, AAS harus mengoptimalkan kekuatan jaringan politik di partai politik dan jaringan finansial pada kelompok-kelompok pengusaha nasional. Dan kelima, AAS harus punya berbagai skenario dan momentum untuk masuk panggung politik nasional.

"Soal pasangan AAS, nanti kita sama-sama cermati dulu, karena dinamika politik nasional sedang kencang-kencangnya saat ini, dalam berbagai isu yang menerpa pemerintah dan para elit politik. Jadi masih prematurlah kalau sekarang disebutkan," tukas Arief.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan