FAJAR.CO.ID, MAKASSAR — Kelangkaan premium mulai terjadi di sejumlah daerah. Dinas ESDM Sulsel sudah menerima laporan dari pemerintah setempat.
Di Kota Makassar pun, sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) sudah tidak menyediakan premium. Dalih petugas di SPBU, tak ada lagi suplai premium sejak pemberlakuan promo pertalite harga premium, 20 Maret lalu.
Kabid Pengendalian dan Evaluasi Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sulsel, Jamaluddin mengatakan, ada tiga daerah mengalami kelangkaan dan antrean di beberapa SPBU. Ketiga daerah tersebut yakni Bone, Sinjai, dan Barru.
"Akibatnya antrean di beberapa SPBU. Sementara di Barru, banyak nelayan yang tak kebagian solar," bebernya kepada FAJAR, Senin, 29 Maret.
Jamaluddin pun sudah mengkonfirmasi PT Pertamina atas masalah tersebut. "Katanya segera dinormalkan. Harusnya tidak ada kelangkaan seperti ini. Karena di Makassar, hampir semua tak jual premium. Makanya kami arahkan kuota untuk Makassar dibawa ke daerah," bebernya.
Dia menilai, kelangkaan ini sangat cepat terjadi. Biasanya, kondisi tersebut baru dijumpai akhir tahun. Tetapi sekarang justru terjadi awal tahun. Padahal, belum ada perubahan kebijakan dari BPH Migas tentang kuota BBM subsidi.
"Makanya saya juga cukup kaget, kenapa bisa langka. Padahal baru Maret. Biasanya ini terjadi akhir tahun," tambahnya.
Pengisian Pertalite
Pantauan di beberapa SPBU di Kota Makassar, tidak lagi melayani pengisian BBM jenis premium. Hanya tersedia pertalite dan pertamax.
Seperti di SPBU di Jl AP Pettarani, SPBU di Jl Boulevard, dan SPBU di Jl Hertasning. Petugas SPBU Jl AP Pettarani, Dahlan mengatakan, pertalite yang dijual seharga premium. Memang, hanya untuk kendaraan roda dua, mobil berpelat kuning, dan kendaraan roda tiga.
"Premium yang berwarna kuning sudah tak ada lagi stoknya sejak 20 Maret. Kini sisa pertalite dengan harga sesuai harga premium," ujar Dahlan.
Tak jauh berbeda yang diungkapkan Nasar. Petugas SPBU di Jl Pengayoman ini mengatakan, sejak 20 Maret, tak ada lagi stok premium yang masuk di tempat bekerja.
Pengaturan Distribusi
Dewan Pimpinan Daerah (DPD) VII Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak Dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Sulawesi, M Hasbidin HS mengatakan, penyaluran premium saat ini lagi diatur. Tidak lagi setiap hari.
"Jadi bukan Pertamina lagi yang atur pembagian ke SPBU tetapi BPH Migas," katanya.
Terutama penyaluran BBM bersubsidi. Hasbidin melanjutkan, pengaturan ini untuk menyesuaikan konsumsi dengan kuota tahunan. Diharapkan tidak ada lagi kelangkaan yang selalu menjadi agenda rutin setiap pengujung tahun.
"Sebenarnya tidak langka juga. Ada SPBU yang kosong, tetapi ada juga yang terisi. Tidak setiap hari masuk. Cuma kalau ketahuan SPBU di sana ada (premium), maka SPBU di sana lagi yang diserbu. Kalau begitu, cepat habis lagi," terangnya.
Kendati demikian, dalam waktu dekat ini, Hasbidin menuturkan, suplai premium akan dinormalkan lagi. Seiring sudah mulai dekat momen Ramadan.
"Biasanya stok naik di bulan Ramadan. Pemakaian juga kan naik," bebernya.
Pertamina Klaim Normal
Suplai BBM jenis premium diklaim oleh Pertamina tetap normal dan lancar. Bahkan ada yang stoknya berlebih dari konsumsi.
"Tidak ada pembatasan solar atau premium selama ini di tiga kabupaten tersebut. Jadi penyaluran masih normal," kata Senior Supervisor Communication dan Relations Pertamina MOR VII, Taufiq Kurniawan, Senin, 29 Maret.
Taufiq menjelaskan, dalam sepekan terakhir, stok premium dan solar di Barru sebanyak 72 kilo liter (KL) per hari. Sementara rerata konsumsi harian premium hanya 70 KL dan solar 67 KL.
Sama halnya di Sinjai. Stok premium dan solar sebanyak 56 KL per harinya. Sementara rerata konsumsi harian premium 54 KL dan solar 36 KL.
Lalu di Bone, lanjut Taufik, rata-rata stok premium sebanyak 136 KL dan solar 128 KL. Sementara konsumsi harian premium 131 KL sedangkan solar 97 KL.
"Jadi seminggu terakhir ini normal. Soalnya pantauannya ini di salah satu SPBU, saya lihat minimal rata-rata di atas 3 ribu liter. Nah kalau 3 ribu liter itu udah aman. Gak ada sampai kritis," yakinnya.
Edukasi Pengguna
Program Langit Biru (PLB) di Makassar membuat premium di Makassar kian sulit. Tetap ada, namun sebagian besar SPBU yang menerapkan pertalite harga premium tidak lagi menjual premium.
Hal ini berdampak pada kendaraan roda empat kesulitan memperoleh premium. SPBU yang sebelumnya menjual premium, tetapi sepekan terakhir ini tidak lagi.
Menyoal itu, Taufiq membenarkan beberapa SPBU yang menerapkan PLB tidak lagi mendapat suplai premium. Tujuannya untuk mengedukasi pengguna agar mengisi BBM sesuai dengan manual booknya kendaraannya.
"Mobil sekarang 90 persen sudah keluaran 2008. Jadi manual booknya sudah harusnya pertamax," jelas Taufiq.
Program PLB ini memang diterapkan kepada 34 SPBU. Sementara 8 SPBU lainnya, lanjut Taufiq tetap menjual premium.
"Kita masih tetap menyalurkan premium kok. Hanya saja periode transisi ini kita edukasi. Makanya kita lihat respon masyarakat. Kalau misalnya masih menghendaki itu, yah tetap kita sediakan. Intinya kita tetap menyediakan premium," ujarnya. (ful-tam-sua/rif-zuk)