Dialog Konstruktif Akademisi, Media, dan Kapolda
Saat penulis menjabat sebagai Kapolda Sulwesi selatan, tepatnya dalam baru hitungan jam atau hari menjabat - bahkan bekerjapun seperti pesawat yang baru " start engine ", penulis telah menuai protes di media meanstream dan medsos lokal domistik tentang pernyataan penulis seputar terorisme.
Pertanyaannya saat itu ; Benarkah teroris berasal dari Sulawesi selatan? Apakah penulis dapat mempertanggung jawabkan pernyataannya atau klarifikasi dan koreksi? Saat itu - Penulis justru mengajak siapun yang mau berdiskusi tentang Terorisme di Sulawesi Selatan. Penulis menganggap ini kesempatan untuk kontra radikalisasi dan sosialisasi tentang betapa bahayanya terorisme.
Penulis saat itu menyadari - bahwa berbagi informasi itu penting - banyak yang tidak tahu bahwa Penulis sebetulnya sudah malang melintang terlibat dalam menangani radikalisme terorisme di Indonesia , mulai saat pada tataran unit negosiasi pada sub penindak, pada unit investigasi, pada sub pada detasemen pada tataran penindakan dalam penegakan hukum.
Juga saat di BNPT penulis juga terlibat sebagai direktur pencegahan yang berinteraksi dekat dengan sebagian besar mantan napi teroris di lembaga pemasyarakatan di Indonesia, bahkan terakhir penulis menjadi corong deputy kerjasama Internasional BNPT Indonesia. Tentu penulus sangat memahami pergerakan terorisme , dari gerakan " homegrown " domistik sampai gerakan terorisme " global" berikut keterkaitan antar jaringan. Penulis sangat memahami ini semua. Tapi saat itu Penulis tidak membiarkan polemik terorisme di daerah yang sejatinya keamanannya sudah relatif terkendali. Membahas polemik itu akan menjadi bola liar statement penulis dan media serta media versus media.