Relokator terjadi juga sebaliknya, teroris yang berasal dari Sulawesi selatan menjadi relokator di negara lain. Kasus teror bom bunuh diri di greja di Jolo Philipina Selatan yang melibatkan pasangan Rullie dan Ulfah - direkrut oleh Andi Baso yang jadi buronan peristiwa teror di Gereja Oikumene Samarinda pada November 2016 Dialah relokator Philipina yang mengatur perjalanan pasutri asal Sulawesi Selatan yang bekerja sebagai wira swasta tersebut sampai akhirnya menjadi Pengantin bunuh diri.
Ketiga: Link Sulsel yang terbentuk atas pemindahan kekuatan jaringan baru terorisme global pasca kekalahan Isis. Sulit dihindari dari berbagai Dokumen terungkap bahwa selain masuk DPO ( Daftar Pencarian Orang ) atas Penyerangan Greja Oekomene Samarinda, Andi Baso merekrut pasutri Sulsel untuk menjadi relokator dan eksikutor teror di Jolo Philipina selatan pada tanggal 27 Januari 2019 lalu. Andi Baso juga menghubungkan jaringan philipina dengan Pusat Isis baru di Khorasan di Afghanistan yang diduga sebagai lokasi menetapnya tokoh Isis Saefulah yang juga menjadi buron kepolisian.
Keempat: Glokalisasi yakni kecendrungan pelaku terorist mengklaim aksi mereka sebagai gerakan Global padahal dia bergerak sendiri.
Apa yang Harus Dilakukan oleh Sulsel?
Kuncinya adalah (1) bekerja sama dengan Pemerintah (BNPT) untuk lebih mengintensifkan lagi kegiatan kontra radikalisme yang menyasar berbagai elemen masyarakat. Seperti perguruan tinggi, pendidikan, pemuda dan olahraga, ormas, tokoh agama, birokrat serta dunia usaha. Pemerintah daerah sampai jajaran terdepan, kodam sampai babinsa, polda sampai babinkamtibmas harus dilibatkan.