Conte menjelaskan, tim juara harus memiliki keseimbangan antara menyerang dan bertahan. Para pemain mesti cerda dan belajar membaca permainan. Tahu kapan harus menekan atau duduk santai di area sendiri, menunggu lawan menyerang.
“Itu adalah tanda dari tim yang matang. Kami berubah sepanjang tahun. Seorang pelatih harus mengerti bagaimana cara menyakiti lawan, tapi juga tidak kehilangan jati diri. Kami tidak pernah kehilangan identitas kami, karena ketika kami menguasai bola, kami tahu persis apa yang harus kami lakukan. Kami juga tahu persis apa yang harus dilakukan saat kami tidak menguasai bola,” ujarnya.
Semenjak kedatangannya, Conte membentuk skuat Inter sesuai dengan citranya dan ia bersyukur mendapat dukungan penuh dari pemain. “Hal terbaik yang saya temukan di Inter adalah grup yang mempercayai saya sepenuhnya. Mereka mempercayai kepemimpinan dan visi saya. Itu adalah hal yang terbesar,” tandasnya.
Direktur Inter, Beppe Marotta yang menjadi sosok kunci kedatangan Conte ke Giuseppe Meazza setelah bekerja sama di Juventus menegaskan, sang pelatih pantas mendapat pujian. “Conte pantas mendapatkan banyak pujian. Pencapaian ini tergantung pada pemimpin hebat seperti Conte,” tegasnya.
Marotta yang awalnya dikritik ketika mendatangkan Conte mengatakan, filosofinya adalah berinvestasi pelatih hebat lebih baik ketimbang membeli satu pemain. “Gaji yang dia terima tercermin dari lemari piala dan CV-nya. Saya mengajukan Conte ke Inter karena saya merasa dia orang yang tepat di saat yang tepat,” tuturnya.