Dengan dasar pengenalan dan pengalaman inilah kelak anak-anak itu secara perlahan dan berangsur mengenal akan dirinya sebagai laki-laki (WOROWANE) dan mengenal diri sebagai perempuan (MAKKUNRAI), inilah yang disebut "NAISSENNI ALENA" (mengenal dan menemukan diri).
Setelah anak itu mengalami periode pembentukan ini mereka telah mencapai usia delapan sampai sepuluh tahun. Pada usia delapan sampai sepuluh tahun, usia ini anak ank itu disunat (dikhitankan) setelah memeluk agama Islam. Usia untuk disunat itu bermacam-macam, ada disunat pada usia sepuluh atau sebelas tahun atau lebih bagi anak laki-laki, namun bagi anak perempuan malah ada yang lebih awal yaitu pada usia delapan tahun.
Setelah anak perempuan yang telah mencapai priode haid ini, semakin menyadari pula akan harga dirinya sebagai seorang "makkunrai" (perempuan). Ia selalu dibimbing oleh ibunya atau "kino" yang ada di dekatnya agar dalam segala penampilannya senantiasa menunjukkan sifat keputrian yang menghiasi hidupnya.
Memang dapat diakui, tidak semua anak perempuan sampai pada tahap "NAISSENNI ALENA". Hal ini banyak-banyak tergantung pada keadaan keluarga atau lingkungan orang tua si anak, karena kesemuanya ini sangat memengaruhi pertumbuhan anak. Bagi anak perempuan yang suka bertingkah atau berbuat aneh-aneh untuk menarik perhatian orang tuanya demikian pula orang sekitarnya. Ia akan menunjukkan, bahwa ia juga mampu berbuat serupa yang pernah diperbuat ibunya atau orang lain.
Pada saat serupa ini anak perempuan itu sesuai adat orang Bugis sudah tiba saatnya untuk dibimbing dan diarahkan mengenal dapur, yang dalam bahasa Bugis dikenal "MISSENG DAPURENG", yang dimaksudnya mengenal akan fungsi dapur dalam keluarga, mengetahui sebab utama dan pokok yang dapat menyebabkan dapur itu mengepulkan asap setiap hari.
Setelah anak perempuan itu "misseng dapureng", maka ia diarahkan lagi untuk "MATUTUI LISEK PABBARESSENG", yang maksudnya: membimbing anak perempuan itu agar membiasakan diri menjaga dan menghemat perbekalan berupa beras yang tersimpan dalam tempayan (pemberasan= pabbaresseng) tidak terhambur dan tidak lekas habis sebelum waktunya.