FAJAR.CO.ID, SURABAYA-- Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya melakukan simulasi sarana, prasarana, dan protokol kesehatan (prokes) menjelang pembelajaran tatap muka (PTM). Semua SD dan SMP di Kota Pahlawan diharapkan bisa memulai PTM pada bulan Juli nanti. Namun demikian, ternyata masih banyak orangtua yang keberatan dengan segera dimulainya sekolah tatap muka ini.
Di SMP Negeri 6 Surabaya, misalnya, simulasi protokol kesehatan dilakukan secara ketat. Sebelum masuk gerbang sekolah, peserta didik wajib dicek suhu tubuhnya. Kemudian, mereka diarahkan petugas untuk cuci tangan dengan sabun dan masuk antrean ke bilik disinfektan.
Bahkan, ada prosedur tetap untuk peserta didik yang ingin ke toilet hingga pulang sekolah. ”Sementara kami menggunakan para guru untuk menjadi siswa-siswi. Kami ingin memastikan keamanan dan kesiapan pelaksanaan PTM,” kata Kepala SMP Negeri 6 Surabaya, Ahmad Sya’roni.
Ahmad menjelaskan, dari hasil polling, orang tua yang setuju PTM untuk kelas 8 yang tahun ajaran baru akan naik kelas 9 mencapai 258 orang. Kemudian orang tua yang tidak setuju PTM 258 orang.
Sedangkan di kelas 7 yang setuju PTM mencapai 171 orang, 60 orang tidak setuju, dan sisanya belum mengisi persetujuan. ”Alasan tidak setuju PTM karena adanya penyakit bawaan dari keluarga dan sudah nyaman belajar di rumah secara daring,” jelasnya.
Menurut dia, saat PTM nanti per kelas diisi maksimal 16 siswa. Pada tahun ajaran baru nanti, SMP 6 akan menerapkan sistem pembelajaran hybrid. Artinya, orang tua yang tidak mengizinkan anaknya PTM bisa mengikuti kelas online dari rumah. Sementara sisanya bisa langsung mengikuti PTM. “Pembelajaran berlangsung serentak sehingga guru tidak kelelahan harus mengajar dua kali,” katanya.