Semua itu ia rela lakukan agar tidak depresi di dalam rumah. Apalagi sistem perkuliahan yang saat ini dilakukan online, dan tanpa penghasilan apapun di masa pandemi yang tak tahu kapan akan berakhir.
"Saya juga sebenarnya sambil kuliah. Jadi sembari tunggu waktu kuliah online, saya rawat burung ini. Nantinya burung ini akan saya ikutkan lomba. Biasanya lomba balap merpati. Saat ini ada sekitar 15 pasang merpati," terang Alu, kepada jurnalis Fajar.co.id.
Saat ini, Asrul berhasil meraih belasan juara dan tropi hasil lomba balap merpati yang ia ikuti selama ini. Dan dari situlah, Asrul bisa menambah penghasilannya sebagai pecinta merpati bersama puluhan teman dalam satu komunitasnya itu.
Sudah ada belasan piagam, sertifikat, dan tropi yang ia miliki saat ini. Tentunya semua itu membuat kedua ayahnya bernama Syamsuddin dan ibunya, Rosmala.
Dengan hasil keringatnya sebagai pecinta merpati atas lomba itu, kebutuhan ekonomi keluarga dan kuliahnya sedikit terpenuhi.
"Hasil lomba (uang) ini biasanya dibagi ke sesama tim, beli pakan burung, dan biasa juga diberikan orang tua dan digelar acara kecil-kecilan di rumah," tandas Asrul.
Anak keempat dari lima bersaudara ini juga berharap agar pemuda lain bisa tetap produktif meski di tengah pandemi COVID-19, dan tentunya tanpa harus bergantung pada orang tua. (ishak/fajar)