Menimpali Kesemenjanaan

  • Bagikan

Hanya saja, menyenangkan 500 orang pengunjung dengan suguhan film pendek yang digagas secara iseng dan dikerjakan dalam waktu singkatadalah tindakan yang nekat─cuma untuk tidak menyebutnya ceroboh. Pengerjaan dengan waktu singkat dan persiapan yang kurang matang tentu dapat melahirkan detail-detail kecil yang bisa saja merusak atau mengurangi kualitas film. Kuantitas mengerdilkan kualitas.

Film pendek ini mendapat koreksi dari Ilham, termasuk kekeliruan produser yang menyebut ini sebagai film dokumenter.Dari esai ini kita bisa belajar, bahwa sesuatu yang digagas secara iseng, dikerjakan dalam waktu singkat, hasilnya akan kurang memuaskan dan cenderung melahirkan penilaian subjektif.

Gugatan terakhir yang bertalian dengan unsur terakhir ada pada esai “Ahmad dan Skeptisismenya”. Ilham menggugat tulisan Ahmad Kohawan yang terbit di Parepos pada tahun 2017. Yang cukup menarik dari esai ini adalah soal pembangunan Institut Teknologi Habibie (ITH). Hal tersebut sempat disinggung oleh Ahmad melalui tulisannya di Pareposkemudian ditanggapi oleh Ilham dengan tulisan pula. Bagi Ahmad,isu pembangunan ITH yang digulirkan oleh pemerintah daerah Parepare tidak pernah menyentuh atau melibatkan langsung masyarakat sebagai mimpi bersama. Ahmad bahkan menduga ITH merupakan “program ujug-ujug, proyek main mata uang rakyat atas nama besar seorang Eyang (B.J. Habibie-pen.).”

Ilham bersikap mendua dalam esai ini, satu sisi menuduh Ahmad berprasangka negatif kepada pemerintah daerah Parepare, dan pada satu sisi ia mendukung nalar kritis dari Ahmad. Pada dasarnya, kritik Ahmad terhadap pemerintah daerah wajar-wajar saja, sebab dari berapa tahun lalu wacana ITH sudah digulirkan dan belum ada kejelasan hingga kini. Bahkan, menurut Ilhamsebuah media daring menyebutkan ITH bersiap menerima mahasiswa pada Februari 2016.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan