Menimpali Kesemenjanaan

  • Bagikan

Ilham dan Ahmad,tidak melihat itu sebagai kepentingan elit yang berkuasa di Parepare yangtujuannya memang diperuntukkan untuk dirinya (kelompoknya) sendiri. Antonio Gramsci kemudian menyebut ini sebagai hegemoni yang berupaya mempertahankan kepemimpinan, bahkan untuk kepentingan yang lebih besar lagi.

Setelah membaca buku dari Ilham, saya berkesimpulan, asumsi terkait judul dan keseluruhan isi dari beberapa esai dalam buku ini, apabila dianalisa sesuai masing-masing unsur populer dari Williams,  maka buku ini sebenar-benarnya “menimpali kesemenjanaan”, alih-alih “menikmati kesemenjanaan”.

Menikmati kesemenjanaan adalah keadaan berterima (in) dengan penuh kecurigaan dan prasangka melalui kesadaran dan tanggung jawab yang mutlak. Sedangkan menimpali kesemenjanaan, berartimenggugatkeadaan dengan berbagai cara hingga kebenaran itu sampai (out) tanpa keragu-raguan. Dan Ilham, dalam tulisan ini, tidak dalam tahap menikmati kesemenjanaan, tetapi berupaya menimpali kesemenjanaan.

Ilham menjadi tokoh protagonis yang baik dalam buku ini, mengingatkan kita(masyarakat dan pemerintahan) pada cara kita memaknai kota Parepare, dengan cara menimpali kesemenjanaan yangkembali pada gagasan dan pengetahuan serta cara bertindak dan mengelola emosi dengan benar. Saya teringat pesan Mahatma Gandhi, jarang orang menjadi baik hanya demi kebaikan, mereka menjadi baik karena keadaan mengharuskan. Mungkin, keadaan telah mengilhamiIlham saat menulis esai-esainya ini.

Dua jam lebih sekian menit saya menuntaskan buku “Siasat Menikmati Kesemenjanaan”yang diterbitkan oleh penerbit Sampan Institute─sebuah penerbit lokal di Parepare.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan