FAJAR.CO.ID, MAGETAN -- Mbok Yem, bagi para pendaki gunung Lawu nama itu mungkin sudah tidak asing bagi mereka.
Bagaimana tidak, warung makan Mbok Yem telah menjadi primadona bagi pendaki Gunung Lawu.
Mbok Yem bukanlah perempuan biasa, wanita berusia 60 tahun itu sudah membuka warung di puncak gunung sejak tahun 1980-an.
Warung makannya bisa menjadi pilihan bagi para pendaki yang tidak ingin repot memasak di gunung.
Pada moment Idul Fitri tahun 2022 ini, Mbok Yem ingin menghabiskan waktu lebaran di rumah bersama keluarga.
Mbok Yem yang berada di puncak Gunung Lawu memilih untuk turun gunung.
Momen Mbok Yem turun gunung dibagikan dalam sebuah video singkat oleh akun TikTok jun_alwii.
“Mbok Yem sang srikandi Gunung Lawu turun gunung untuk berlebaran di rumah,” tulis pengunggah sebagai keterangan video, dikutip pada Kamis, 28 April 2022.
Ia turun gunung dari warungnya yang berada di ketinggian 3.150 mdpl dengan cara ditandu oleh dua pemuda.
Sementara ada dua orang pria lainnya yang membantu mengarahkan jalan untuk pembawa tandu Mbok Yem.
Untuk mereka yang penasaran dengan bagaimana cara Mbok Yem turun gunung terjawab sudah.
Sekadar informasi, aarung sederhana Mbok Yem seolah jadi obat penenang bagi para pendaki yang telah menempuh perjalanan panjang dengan medan yang berat.
Warung Mbok Yem sering juga disebut sebagai Warung Tertinggi di Indonesia karena berada di ketinggian 3.265 Mdpl.
Warung tersebut hanya berjarak beberapa meter saja dari puncak Hargo Dumilah, puncak tertinggi di Gunung Lawu.
Sementara gunung di antara Jawa Tengah dan Jawa Timur ini memiliki tinggi 3.265 meter di atas permukaan laut.
Warung Mbok Yem ini terbilang sangat sederhana dengan dinding kayu tanpa cat. Tapi keberadaan warung ini diakui sangat membantu para pendaki.
Selain sebagai tempat berteduh, warung ini juga menyediakan berbagai menu sederhana namun nikmat. Menu ikonik warung ini adalah pecel, gorengan, mie instan dan berbagai minuman.
Untuk memasok barang dagangan, Mbok Yem dibantu dua kerabat yang rutin mengantar bahan baku. Sementara untuk kebutuhan air, Mbok Yem mendapatkannya dari mata air Sendang Drajat yang berada tak jauh dari warung Mbok Yem.
Demi menjaga warungnya, Mbok Yem menetap di warung ini. Dahulu ia ditemani suami dan anak-anaknya namun kini ia berjualan sendiri usai sang suami meninggal dunia.
Seolah sudah terbiasa hidup di gunung, Mbok Yem hanya turun beberapa kali saja. Ia diketahui akan turun gunung ketika Idul Fitri atau saat ada keluarga yang menggelar acara hajatan.
Banyak pendaki yang salut dengan kegigihan Mbok Yem, pasalnya Gunung Lawu diketahui memiliki cuaca yang ekstrem. Kadang suhu di gunung ini mencapai -5 derajat Celsius.
Kalau mendaki ke Gunung Lawu, sempatkan mampir ke warung Mbok Yem ya. Cicip juga pecelnya yang legendaris. (fin/fajar)