“Ini merupakan proyek PLTA pertama yang kami bangun. Kenapa di Poso? Selain karena potensinya, kami ingin membuktikan saat itu Poso sudah aman,” kata JK saat itu.
Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 itu mengungkapkan dengan hadirnya PLTU juga menggerakkan perekonomian warga setempat. Lapangan kerja terbuka dan pemenuhan energi di Poso dan sekitarnya.
JK bercerita membangun PLTA di Poso tidaklah mudah. Bahkan butuh waktu 7 tahun untuk menyelesaikan PLTA Poso.
“Awal kita bangun di Poso, PLN dan pihak bank saja tidak percaya. Sehingga 50 persen di awal kita kuras seluruh sumber daya kita sendiri untuk memperlihatkan kemampuan kita,” cerita JK.
JK menyebut PLTA Poso dibangun dengan semangat Merah Putih. Hanya turbin yang diimpor dari luar negeri. Sisanya, baik material hingga SDM mengandalkan dalam negeri.
Khusus SDM, JK bilang semua yang dipekerjakan merupakan insinyur berpengalaman. Bahkan beberapa diantaranya harus dikirim keluar negeri untuk menimba teknologi.
“Kita semangat merah putih saja. Kalau bangsa ini fokus dan mau mandiri serta membuka diri, kita bisa maju. PLN saya kira juga mampu, karena kita juga pekerjakan beberapa pensiunan PLN,” sebutnya.
Jusuf Kalla menyebutkan biaya untuk membangun kedua PLTA berkapasitas total 515 MW ini mencapai USD 1,2 miliar atau Rp17,1 triliun (kurs Rp14.300 per dolar AS). Angka ini umumnya dua kali lipat dari PLTU.
Dia juga membeberkan pengerjaan PLTA ini menyerap hingga 2.000 tenaga kerja. Sebanyak 80 persen dari pekerja ini berasal dari warga lokal.