FAJAR.CO.ID, BALI -- Sekeha Jukung dan Kelompok Nelayan Desa Adat Intaran melakukan aksi pawai di sepanjang pesisir Sanur, Minggu (21/8) sore.
Pawai mulai dari Pantai Matahari Terbit menuju Pantai Mertasari Sanur, sebagai bentuk respons sikap penolakan terhadap rencana pembangunan Terminal LNG di Sanur.
Bendesa Adat Intaran I Gusti Agung Alit Kencana mengungkapkan bahwa sikap ini datang dari mereka yang memang kesehariannya beraktivitas di pesisir Sanur, yakni Sekeha Jukung dan Kelompok Nelayan Desa Adat Intaran, Sanur, Denpasar Selatan.
"Adanya wacana yang masih tetap menggunakan pesisir Sanur sebagai lokasi pembangunan Terminal LNG pastinya membuat mereka resah," ucap Jro Bendesa Alit Kencana.
Menurut Alit Kencana, pembangunan tersebut akan berpotensi merusak ekosistem laut yang ada di pesisir Sanur. Alit Kencana menjelaskan terdapat lima Sekeha Jukung dan tujuh Kelompok Nelayan yang berada di Desa Adat Intaran yang aktif beraktivitas di pesisir Sanur.
Dengan adanya pembangunan Terminal LNG di kawasan Mangrove dan Pesisir Sanur, imbuh Alit Kencana, pasti akan sangat berdampak kepada mereka.
"Jadi, kami mendesak Gubernur Bali membatalkan pembangunan Terminal LNG di kawasan mangrove dan pesisir Sanur," katanya.
Direktur WALHI Bali Made Krisna Bokis Dinata yang turut dalam aksi menyebut ekosistem pesisir Sanur terancam dengan proyek LNG tersebut.
"Terumbu karang merupakan ekosistem yang sensitif, itu jelas pasti sangat berdampak," kata Made Krisna Bokis.
Menurutnya, jarak pengerukan atau alur kapal yang akan dibuat sangat dekat dengan terumbu karang yang ada di pesisir, yakni kurang dari 500 meter.