FAJAR.CO.ID, MAKASSAR-- Dinas Kesehatan (Diskes) Sulsel memerintahkan tim dan kabupaten/kota melacak. Mendeteksi penyakit gagal ginjal akut anak di wilayah masing-masing.
Kepala Diskes Sulsel Rosmini Pandin mengatakan sudah ada rilis dari kementerian perihal kejelasan instruksi itu.
Di antaranya dengan melakukan verifikasi bersama IDAI Sulsel. Saat ini masih terus melakukan komunikasi dan pelacakan kasus.
Pihaknya juga menyediakan SDM dengan adanya tim gerak cepat (TGC) yang terdiri dari tenaga dokter, epidemiolog kesehatan, analis kesehatan (laboran), dan tenaga promosi kesehatan.
Juga ada pengelola sistem kewaspadaan dini dan respons (SKDR) atau sistem pelaporan mingguan dari puskesmas dan RSUD yang melaporkan penyakit diare dan jaundice acute.
Rumah sakit juga dipastikan siap menerima rujukan pasien penyakit gangguan ginjal akut pada anak. Sekaligus memastikan ketersediaan logistik dalam rangka respons penanggulangan penyakit ini, di samping berkoordinasi dengan organisasi profesi.
Mulai Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), dan Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Medik Indonesia (PATELKI).
"Besok (hari ini) saya undang berbagai pihak dan untuk sementara diinstruksikan bahwa obat Parasetamol sirop disetop dulu dikonsumsi," ujar Rosmini.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Diskes Sulsel Ardadi mengatakan pihaknya sudah menindaklanjuti arahan pusat dengan mengirimkan surat ke beberapa rumah sakit untuk deteksi dini. Meminta mereka melaporkan kejadian-kejadian yang mengarah ke kasus gagal ginjal akut pada anak.
Pihaknya mengaku sudah melakukan video zoom dengan kemenkes dalam hal ini Dirjen P2P bahwa arahannya jelas untuk segera melakukan pelacakan ke fasilitas kesehatan. Baik itu di puskesmas dan rumah sakit di kabupaten/kota.
Saat ini, data yang dirilis kemenkes baru ada satu kasus di RSWS. Sayangnya, pihaknya belum mendapatkan data pasti dari IDAI soal identitas anak itu.
Hari ini pihaknya merencanakan rapat dengan berbagai pihak terkait di Diskes Sulsel pukul 14.00 Wita. Arahan utama berkaitan dengan penggunaan obat yang disinyalir dapat memicu kejadian gagal ginjal pada anak.
Paling tidak, pihaknya sudah mengeluarkan rekomendasi perihal langkah apa yang mesti diambil usai pertemuan ini. Pihaknya sudah menyiapkan surat berkaitan dengan penugasan terhadap tim gerak cepat diskes untuk segera melakukan pelacakan (epidemiologi) di beberapa rumah sakit untuk melihat potensi kejadian yang belum terlaporkan.
Satu penderita, diduga mengalami gangguan dengan gejala yang mengarah ke sana berdasarkan laporan dari Kemenkes. Bahkan, disebut-sebut update terakhir ada enam orang, tetapi lima di antaranya sudah sembuh. Semuanya di RSWS.
"Tinggal satu ini kita coba lacak, paling tidak kita bisa deteksi obat apa yang dikonsumsi," jelasnya.
Disinggung apakah anak-anak penderita itu kemungkinan besar mengarah ke sana, ia juga belum bisa pastikan. Hanya yang menjadi catatannya karena penyakit yang diderita belum diketahui, pun penyebabnya.
"Kami sudah siapkan surat edaran ke kabupaten kota untuk mewaspadai ini, apalagi kita punya sistem kewaspadaan dini dan respons terkait dengan laporan penyakit baru. Kita mendorong kabupaten kota segera melaporkan jika ada kasus yang mengarah ke gagal ginjal akut," ucapnya.
Termasuk arahan penggunaan obat sirop atau pun peresapan sirop. Obat-obat yang basisnya sirup dihentikan sementara sampai ada pengumuman resmi.
Meski ia pastikan merek-merek yang teridentifikasi menyebar di Afrika itu, memang tidak terdaftar di Indonesia. Kendati demikian, diskes memilih untuk antisipasi dan pencegahan dengan pemberhentian sementara peresepan obat berbasis sirup. (bus/zuk/fajar)