Untungnya Icha menjalin relasi baik dengan para chef. Mereka pun berkolaborasi dan tawarab mengajar itu pun dipenuhinya demi bertahan.
"Lumayan banget ngajar di sekolah-sekolah kuliner, sekolah perhotelan, pariwisata, dan kita juga melakukan webinar. Dari sini yang bikin nama harvest mountain tetap eksis,” kata Icha.
Sistem promosinya sendiri sangat sederhana, Icha hanya memasarkannya melalui media sosial seperti di instagram.
Hasilnya gemilang. Saat ini Icha memasok ke 15 resto yang ada di Jakarta, Sumatera, dan Surabaya.
Salah satunya adalah Le Quertier sebuah resto ternama di Jakarta. Le Quertier memiliki lebih dari 5 macam menu edible flower.
Pengusaha berlatar belakang advokat ini merupakan satu dari sedikit orang Indonesia yang fokus menanam bunga jenis ini.
Menurut Icha, edible flower sudah umum digunakan oleh para chef di restoran dunia kelas atas.
Banyak chef yang menggunakan bunga-bungaan ini untuk mempercantik tampilan hidangan atau menambah rasa yang berbeda.
Sejak tahun 2017, bunga yang dapat dimakan ini semakin luas penggunaannya di dunia kuliner, termasuk di Indonesia.
"Kalau di Eropa sudah dikonsumsi sejak lama, tetapi di Indonesia mungkin mulai ramai di sekitar tahun 2017," terang Icha.
Bukan perkara mudah untuk sukses menanam tanaman edible flower di Indonesia.
Diperlukan suhu dingin ala Eropa untuk bisa tumbuh dengan maksimal.
Makanya ia memilih Cisarua, Puncak, Bogor, Jawa Barat untuk membudidayakan edible flower.
Kebetulan Icha memiliki lahan yang lumayan luas di Puncak Bogor, dimana suhu udaranya hampir menyerupai di Eropa.