FAJAR.CO.ID, MAROS -- Prof Akin Duli yang melakukan penelitian berkerja sama peneliti dari Malaysia pada 2015 lalu. "Saya mulai menggali di sana tahun 2015. Saya membawa teman sejawat saya dari Malaysia. Akhirnya kita jalan penelitian disitu dengan anggaran Rp60 juta. Kita lakukan ekskavasi arkeologi di dalam gua itu," ucapnya.
Kata dia, penelitian tentang budaya manusia di Sulawesi sudah banyak dilakukan. Namun, belum pernah ditemukan kerangka manusia masa lampau. Akhirnya, kerangka pertama itu ditemukan tepat di mulut gua Leang Panning.
Tahun 2017, Prof Akin kembali melanjutkan penelitian untuk kerangka yang telah ditemukannya itu. Hasil dari pengamatan awal menunjukkan bahwa kerangka tersebut adalah seorang wanita. Hal tersebut dilihat dari giginya.
Akhirnya diputuskan diberi nama Besse dengan melihat kultur budaya yang ada yakni di Bugis-Makassar. Bagi orang Bugis Makassar nama panggilan seorang gadis itu adalah Besse.
"Umurnya 18 sampai 20 tahun dilihat dari ciri-ciri giginya. Kemudian dari laboratorium di Jerman hasilnya memang kerangka tersebut seorang perempuan dan meninggal pada umur 18 -20 tahun," ungkap Guru Besar Unhas ini.

Besse sangat kultural bagi masyarakat Bugis-Makassar. Besse punya makna budaya yang mendalam. Nama yang memberi harapan akan kehidupan yang baik, akan masa depan yang baik bagi perempuan.
Itulah yang kemudian dicatat dan dikatakan bahwa kerangka yang ditemukan itu selalu diidentifikasi dengan sebutan Besse. Dan nama itulah yang tercatat dengan nama ilmiahnya. (ams/rul)