“Setelah itu mungkin baru diresmikan,” ungkapnya.
Kemudian pada 5 Januari 2023, keterangan resmi Pelindo menyatakan per September 2023 tidak ada lagi aktivitas pengerjaan di I-B dan I-C.
“Alat-alat berat sudah mulai meninggalkan kawasan,” katanya.
Tidak disebutkan kapan MNP bakal diresmikan. Enriany hanya memastikan kapasitas MNP naik 150 persen jika I-B dan I-C beroperasi. Semulanya 1 juta TEUs (kontainer berukuran 20 kaki) menjadi 2,5 juta TEUs.
Dengan begitu, performa peti kemas diklaim akan optimal.
Namun bagi orang yang menggantungkan hidup dari hasil laut seperti Suriani, peresmian MNP tak penting. Yang ia tahu, pembangunan pelabuhan terbesar di Indonesia Timur itu telah merusak wilayah tangkap ikan warga pulau, Coppong Lompo.
“Dulu lumayan (sebelum tambang). Sekarang jauh bedanya (hasil tangkapan ikan). Cemen,” kata dia. “Dulu bisa Rp 300 ribu sehari. Sekarang biar Rp 10 ribu susah”.
Riset Koalisi Save Spermonde, terdiri dari WALHI Sulsel, Greenpeace Indonesia, dan berbagai organisasi lainnya menunjukkan betapa timpangnya jumlah tangkapan nelayan Kodingareng sebelum dan sesudah penambangan pasir laut.
Sentuh infografis untuk melihat data
Sejak adanya aktivitas tambang pasir laut, semua jenis nelayan di Pulau Kodingareng mengalami kerugian. Bagi nelayan pancing, kerugiannya berkisar Rp 250 ribu per hari dan untuk nelayan panah berkisar Rp 200 ribu per hari.
Sementara untuk nelayan jaring kerugian yang dialami mencapai Rp 1.4 juta per hari. Sedangkan untuk nelayan bagang kerugian yang dialami mencapai Rp 2 juta per hari.