"Dan karena kandidat adalah lelaki, maka kandidat boleh berpoligami tapi partai yang jadi gadis cantik tak bisa poliandri," imbuhnya.
Pada akhirnya, ditekankan mantan Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI) ini, semua tetap akan berjalan alami. Semua calon pasti akan berjuang, bermanuver, berkalkulasi, bersiasat.
"Namun, bagaimanapun akhirnya tak semua sukses. Kata pepatah Bugis, "pada lao teppada Upe". Itulah mengapa masih sebulan pendaftaran issu kotak kosong tiba-tiba hadir menyeruak. Bisa jadi karena para kandidat itu sudah lempar handuk kepagian, mereka tak kuat bertarung hingga titik akhir lalu mereka berteriak curang," pungkasnya.