Kedua, kredit dan appresiasi juga perlu diberikan kepada provider Telkomsel yang memasang jaringan hyper-5G pada kedua rumah sakit. Latensi jaringan yang digunakan sangat handal, yaitu kurang dari 150 millisecond (msec). Dengan kecepatan internet di atas 50 mbps serta jitter (waktu tunda antara saat sinyal dikirim dan diterima melalui jaringan) di bawah 10 mS, operasi bisa dilakukan. Ini luar biasa. Latensi yang rendah bertujuan memastikan setiap gerakan yang dilakukan dokter di Bali dapat diterjemahkan dengan akurat oleh robot di Jakarta. Kalau ada gangguan jaringan saat operasi, tentu hal-hal tidak diharapkan bisa terjadi.
Saat operasi, latensi diertahankan pada operasi berjalan antara 15-20 mS dengan jarak 1.200 kilometer. Saat operasi, sempat latensi naik ke 18 mS, lalu ke 20 mS, terus turun lagi 15 mS hingga semua berjalan lancar. Kalau ada gangguan teknis sedikit saja terkait jaringan, maka operasi jarak jauh ini ambyar.
Ketiga, kredit mesti diberikan kepada RS Ngoerah Rai Bali dan RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Ini dua rumah sakit besar dan hebat yang menjadi kebanggaan negeri. Untuk melakukan operasi jarak jauh demikian, tentu pimpinan rumah sakit dan staff nya melakukan persiapan optimal.
Direktur Utama RSCM dr. Supriyanto Sp. B dan Direktur Utama RS Ngoerah Rai Bali, dr. I Wayan Sudana, M.Kes berperan besar dalam hal ini. Mulai dari persiapan tim, logistik, alat hingga ke mitigasi altenatif bila sekiranya ada kendala. Mereka tentu menyiapkan tim dokter, tim perawat dan tim anestesi yang harus memback up program ini. Apalagi ini menjadi momen penting dan tonggak sejarah kedokteran di Indonesia. Salut kepada pimpinan kedua rumah sakit ini.