Kedua, polusi udara dan kualitas lingkungan hidup. Selain menambah ruang hijau dengan membangun taman kota, hutan kota, dan taman vertikal, ke depan perlu regulasi ketat terhadap industri dan kendaraan bermotor untuk menekan emisi polutan.
Ketiga, penanganan banjir yang komprehensif. Program revitalisasi waduk dan sungai untuk meningkatkan daya tampung air harus dipercepat yang diiringi dengan menerapkan sistem drainase vertikal dan memperbanyak sumur resapan untuk mengurangi genangan. Pengembangan kebijakan berbasis ekologi seperti naturalisasi sungai dan pembangunan tanggul laut juga harus menjadi concern.
Keempat, pemerataan kesejahteraan dan ekonomi. Dalam lima tahun ke depan, program beasiswa KJP dan KJMU hingga perguruan tinggi untuk meningkatkan akses pendidikan idealnya terus diperluas sebagai daya ungkit kemajuan Jakarta. Meningkatkan akses pelatihan vokasi dan literasi digital bagi angkatan kerja menjadi terobosan untuk kualitas manusia dan lapangan kerja di Jakarta. Pertumbuhan UMKM dengan penyederhanaan regulasi dan kemudahan akses permodalan juga perlu terus didorong.
Kelima, pemerintahan modern dan akuntabel. Selain layanan publik dalam satu aplikasi digital seperti JAKI, lima tahun ke depan transparansi anggaran harus dengan sistem pengawasan berbasis digital. Sistem meritokrasi dalam rekrutmen dan promosi ASN guna meningkatkan profesionalisme pelayanan juga harus menjadi budaya kerja.
Keenam, identitas budaya di tengah modernisasi. Sebagai kota global, pembangunan di Jakarta harus dipastikan berbasis kearifan lokal. Selain itu, untuk mendukung pelestarian budaya Betawi dan kebudayaan lain yang berkembang di Jakarta, Dana Abadi Kebudayaan harus segera direalisasikan. Ke depan, Jakarta harus dipenuhi festival dan program edukasi di sekolah yang bertema seni dan budaya lokal.