Mencegah Dehumanisasi: Menjaga Pendidikan Tetap Manusiawi AI dalam pendidikan tidak bisa dan tidak perlu dihentikan. Namun, penggunaannya harus diiringi dengan kesadaran mendalam tentang nilai-nilai kemanusiaan. Ada beberapa langkah strategis yang perlu diambil:
Pertama, AI harus ditempatkan sebagai alat bantu, bukan pengganti manusia. Guru tetap harus menjadi pusat dalam proses pendidikan, dengan AI mendukung, bukan mengambil alih perannya.
Kedua, kebijakan etis penggunaan AI perlu disusun dan ditegakkan. Prinsip-prinsip seperti privasi, keadilan, empati, dan keberagaman harus menjadi fondasi dalam desain dan implementasi teknologi pendidikan.
Ketiga, pendidikan berbasis relasi harus diperkuat. Diskusi tatap muka, proyek kolaboratif, mentoring personal, dan kegiatan sosial harus menjadi bagian integral dari kurikulum, untuk menjaga sentuhan manusiawi dalam pembelajaran.
Keempat, guru perlu dibekali keterampilan humanistik yang lebih kuat. Kemampuan untuk mendengar aktif, memahami konteks sosial-emosional siswa, dan menjadi teladan nilai-nilai kemanusiaan harus menjadi prioritas utama dalam pengembangan profesi guru.
AI adalah masa depan, dan pendidikan tidak bisa menolak perubahan. Namun, kemajuan teknologi harus selalu diimbangi dengan penjagaan atas nilai-nilai kemanusiaan. Pendidikan sejati bukan sekadar tentang apa yang diketahui seseorang, melainkan tentang siapa seseorang itu.
Jika kita membiarkan dehumanisasi menggerogoti dunia pendidikan, maka kita tidak hanya akan kehilangan esensi pendidikan, tetapi juga masa depan manusia itu sendiri. Mari kita pastikan bahwa dalam setiap algoritma cerdas yang kita ciptakan dan kita gunakan, tetap ada ruang bagi kehangatan, empati, dan kasih sayang manusia. (*)