Hak Angket Ada karena Kebuntuan Komunikasi Kasus Korupsi Kampus IPDN Sulsel, KPK Periksa 6 Orang Kapal Kargo CK Bluebell Dibajak di Selat MalakaSenada, Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono mengatakan, harga CPO melemah lantaran ekspor minyak sawit ke Eropa masih teradang kampanye hitam. Uni Eropa menyebut ladang CPO di Indonesia ilegal dan menyebabkan pemanasan global. Selanjutnya, katalis datang dari pertemuan AS-Tiongkok dalam agenda KTT G20 di Osaka, Jepang. Jika pertumbuhan ekonomi Tiongkok bakal membaik ada harapan ekspor CPO bertumbuh. Pun sebaliknya. “Terlalu banyak tekanan jadi saat komoditas lain rebound, minyak sawit malah melemah,” kata Wahyu. Dia menambahkan, harga CPO juga tertekan pelemahan harga minyak kacang kedelai. Secara teknikal, Wahyu mengamati indikator moving average (MA)5, MA100, dan MA200 berada di area negatif. Selanjutnya moving average convergance divergence (MACD) masih bearish. Dia meramalkan harga CPO cenderung terkoreksi. (jp)
Permintaan Melemah, Harga CPO Kian Suram

“Sebenarnya yang ditentang olahan hasil industri turunan CPO seperti biodiesel. Karena Kaltim masih mengekspor CPO, dampaknya belum terlalu besar untuk ekspor kita,” ungkapnya. Namun untuk kinerja ekspor secara menyeluruh pasti terasa. Sebab, harga CPO terus anjlok yang akan dirasakan hingga penurunan TBS kelapa sawit.
Tentunya penurunan secara pemasukan akan terasa, baik dari petani maupun pelaku usaha ekspor CPO. Pemerintah harus melakukan gerakan agar kampanye tersebut tidak berlangsung dalam jangka panjang. Apalagi untuk daerah yang sudah memiliki industri turunan kelapa sawit. “Kalau kampanye negatif terus berlangsung, harga CPO domestik maupun internasional akan terus anjlok,” pungkasnya.