Kopi Cowas

  • Bagikan
Apakah menjamurnya cafe anak-anak muda itu akan mengganggu Kapal Api? “Juga sama sekali tidak. Justru bagus untuk mengopikan masyarakat," jawabnya. Sudomo memang sering jenaka. Kalau lagi bicara di atas panggung. Seperti di ulang tahun pertama DI's Way dulu. Model cafe anak-anak muda itu pun menemukan jalannya sendiri. Bukan lagi hanya tempat kongko. Maka itu. Tempatnya tidak lagi harus luas. Tidak harus seperti Starbucks. Yang memerlukan investasi besar. "Lebih 50 persen pembeli kami tidak datang ke cafe," ujar Willawati.
Ratusan Wirausaha Muda Ikut Kompetisi Bisnis di Wajo Prof Armin Arsyad: Tidak Ada Pembekuan Lembaga Kemahasiswaan FISIP Sambut HUT RI, Dapur So’na Jamu 74 Legiun Veteran Warga Desa di Maros Antre Demi Air Bersih Alumni Unhas Berbagi Tips Khusus Agar Lebih Luwes Bekerja di Startup
Saya lihat juga begitu. Yang antre di cafe itu adalah driver ojek online. Memesannya lewat aplikasi. Ada driver ojek online yang antre untuk 15 orang. Bayangkan kalau 15 orang itu minum kopinya di cafe. Berapa luas tempat yang harus disediakan. Berapa harga tempatnya. Dan perabotnya. Dan pelayannya. Dan cuciannya. Lalu akan berapa lama mereka duduk di situ. Apalagi kalau sudah membuka laptop. Betapa mahal listrik AC-nya. Pendatang baru sering ngeri pada raja lama. Tapi pendatang baru juga sering menikmati perubahan keadaan. Ketika Starbucks hadir, belum ada ojek online. Belum ada aplikasi. Investasi terlanjur besar. Tidak bisa dikoreksi. Pendatang baru ternyata bisa menemukan jalannya sendiri. Di bidang kopi. (***)
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan