Kerusuhan di Jayapura Papua, Wapres JK Perlu Turun Tangan Sukriansyah S Latief, Cuek tapi Tegas Suprajarto yang Dirut BRI Tolak Ditunjuk Direktur Utama BTN Cantik Alami dengan Wajah Bercahaya, Coba 5 Masker Ini Dino Patti Djalal Ingatkan Lepasnya Timor TimurPada 26 Agustus, Istana Kepresidenan Perancis memuji dengan positif pembicaraan antara Presiden Emanuel Macron dan Menteri Luar Negeri, Jean-Yves Le Drian dengan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif. Prancis bukan satu-satunya negara yang telah memberikan 'bahu dingin' pada proposal administrasi Trump untuk membentuk koalisi militer di Teluk Persia. Jerman dan Polandia juga berselisih dengan misi angkatan laut pimpinan AS di Selat Hormuz. Masalah nuklir Iran adalah salah satu topik utama pada KTT G7. Bersama dengan Inggris dan Jerman, negara tuan rumah Prancis bersedia mengambil keuntungan dari acara tersebut untuk menyelamatkan Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA), juga dikenal sebagai kesepakatan nuklir Iran, dimana Amerika Serikat telah menarik diri, meningkatkan ketegangan dari wilayah Teluk Persia.
Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly Tolak Dukung Trump

FAJAR.CO.ID, PARIS-- Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly mengatakan bahwa Uni Eropa tidak akan berpartisipasi dalam koalisi yang dipimpin AS di Teluk Persia.
"Kami harus menjamin navigasi dan keamanan gratis di Selat Hormuz, wilayah vital untuk transportasi hidrokarbon," kata Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly kepada AFP seperti dilansir Iranpress, Jumat, 30 Agustus.
"Tapi tidak ada masalah untuk menciptakan kekuatan pendamping", Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly menyoroti. Pernyataan Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly itu disampaikan sebelum Pertemuan Informal Menteri Pertahanan UE dan Menteri Luar Negeri UE di Ibu Kota Finlandia, Helsinki, Kamis.
Sebelumnya, Amerika Serikat telah meningkatkan kehadiran militernya di kawasan itu, bahkan meminta negara-negara lain untuk bergabung dengan upaya yang dipimpin AS untuk meningkatkan keamanan maritim. Tetapi Prancis menolak untuk menyelaraskan misi semacam itu karena itu dapat dikaitkan dengan kebijakan 'tekanan maksimum' dan melemahkan upaya untuk menjaga perjanjian semula (Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA)) tetap hidup.
Menurut Sky News, Presiden Prancis Emmanuel Macron menginginkan Eropa untuk menikmati 'otonomi strategis' atas pertahanan daripada mengandalkan Amerika Serikat. Pekan lalu, Zarif tiba di Paris terlambat untuk melakukan pembicaraan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk membahas kesepakatan nuklir 2015 setelah ia menyelesaikan tur Skandinavia.
Sebelum tur Skandinavia yang membawanya ke Finlandia, Swedia, dan Norwegia, Zarif mengunjungi Kuwait. Kemudian pada 23 Agustus, menteri luar negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan melakukan pembicaraan 'Positif dan Konstruktif' mengenai Rencana Aksi Komprehensif Bersama di Paris. Zarif juga mengadakan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian.