”Di tempat kami, ada 850 satwa dengan anggaran pakan mencapai Rp 300 juta per bulan,” katanya.
Demi menghemat anggaran, Kebun Binatang Bandung telah membatasi pakan para hewan. ”Misalnya, kucing besar seperti harimau yang biasanya per hari dikasih daging 10 kilogram sekarang pakai sistem puasa Daud. Hari ini puasa, besok tidak,” ucap Sulhan.
Jumlah pakan yang diberikan pun dikurangi. Sulhan mencontohkan, jika biasanya seekor harimau benggala harus makan 10 kg daging per hari, sekarang jatahnya hanya 8 kg. Jenisnya pun dioplos: 5 kg daging ayam dan 3 kg daging sapi.
Dengan cara demikian, pihaknya masih bisa bertahan hingga empat bulan ke depan. ”Kemungkinan hewan akan kurus, pasti. Tapi, mereka tetap kami jaga kesehatannya,” imbuh Sulhan.
Berdasar survei internal dari 60 anggota PKBSI, kebun binatang yang mampu bertahan dalam pemberian pakan kurang dari satu bulan mencapai 92,11 persen. Sedangkan kebun binatang yang bisa bertahan menyediakan pakan selama 1-3 bulan tersisa 5,26 persen. Adapun yang sanggup bertahan lebih dari 3 bulan cuma 2,63 persen. ”Salah satu prioritas mendesak yang harus segera ditangani adalah penguatan ketahanan pakan,” papar Sulhan.
Di Semarang Zoo, Samsul Bahri Siregar, sang direktur, menyebutkan, biaya operasional untuk pakan satwa mencapai Rp 120 juta per bulan. Dari angka tersebut, mayoritas digunakan untuk membeli pakan satwa karnivor yang jumlahnya lumayan banyak.
”Jika diperinci, kami butuh daging ayam 180 kilogram per minggu dan daging sapi 40-50 kilogram per minggu untuk pakan semua karnivor yang berada di Semarang Zoo,” ucapnya.