Ibunda dokter Deni itu merupakan pensiunan di Puskesmas Kamoning, Sampang. Suwito dan Sri Rahayu membuka praktik di rumahnya di Kecamatan Kedungdung. Menurut Asrul, mungkin mereka terpapar pasien yang berkunjung untuk berobat. Pasien pasutri itu kebanyakan berasal dari Surabaya, Jakarta, bahkan tenaga kerja Indonesia (TKI). ”Walaupun para nakes sudah menggunakan APD (alat pelindung diri, Red), masih ada kemungkinan terpapar,” terangnya.
Ketua IDI Cabang Sampang dr Indah mengenal Deni sebagai sosok dokter muda yang penuh dedikasi. Dia mempunyai sifat pengabdian seperti kedua orang tuanya. Indah menambahkan, Deni adalah dokter yang siap menjalankan tugas menyehatkan masyarakat di mana pun ditempatkan. Dia mampu bergaul dengan semua kalangan, semua profesi.
IDI Sampang merasa kehilangan sosok yang selalu siap saat tenaga dan kompetensinya dibutuhkan dalam melayani masyarakat itu. Dalam emergency medical team, Deni dengan sukarela bergabung. ”Selamat jalan sejawat muda kami,” kata Indah.
Di hari yang sama, salah seorang dokter senior di Bangkalan, dr Dibyo Hardianto, juga meninggal dunia dengan status PDP. Dokter umum tersebut mengembuskan napas terakhir di usia 53 tahun. Sehari-hari dia buka praktik mandiri di rumah di Blega. Sempat bertugas di Puskesmas Blega, dia tercatat sebagai anggota IDI Cabang Bangkalan.
”Kami sangat berduka,” kata Ketua IDI Cabang Bangkalan dr Farhat Suryaningrat.
Menurut Farhat, kemungkinan dr Dibyo tertular dari pasien yang ditangani sangat besar. Hanya, untuk memastikan apakah dia terpapar Covid-19 atau tidak, harus menunggu keluarnya hasil tes swab.