Sementara itu, pengamat politik Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM), Firdaus Muhammad menilai, idealnya wakil hanya sebagai pelengkap. Tetapi, dalam proses kontestasi pilkada dapat menjadi penarik suara. Sehingga wakil berkontribusi menyempurnakan pasangan," tegasnya.
Secara umum, ia menilai, empat kandidat kosong dua yang kini menguat muncul belum ada yang mengimbangi pasangannya. "Jadi masih didominasi kosong satu. Sementara kosong dua belum mampu jadi gate voters (penarik suara)," paparnya.
Pengamat Politik Unhas, Andi Ali Armunanto menyatakan, bakal wakil wali kota Makassar yang saat ini belum memiliki rekam jejak besar untuk bertarung. Tergolong baru.
Sehingga memiliki tantangan dalam memastikan diri bisa membantu menaikkan tingkat keterpilihan pasangan mereka. "Memang harus lebih bekerja keras memperkenalkan diri," paparnya.
Melihat latar belakang seperti politikus, birokrat dan profesional pasti ada nilai plus dan minusnya. Bagi wakil wali kota yang berasal dari kalangan politikus seperti Fatmawati Rusdi Masse, nilai plusnya bersifat terbuka dan dapat mengakomodasi kepentingan banyak pihak.
"Cenderung mampu menjaga hubungan dengan DPRD atau legislatif. Terbiasa ada konflik dan kompromi. Sebab, di dewan kan juga orang politik semua," tegasnya.
Sisi minusnya, politikus cenderung banyak kompromi dan kepentingan yang ingin dimasukkan ke pemerintahan. "Jadi kepentingan partai bisa saja didorong masuk ke pemerintahan. Bisa terjadi disharmoni," jelasnya.
Dihubungi terpisah, bakal calon wakil wali kota, Abdul Rahman Bando menyampaikan niatnya mendampingi Munafri Arifuddin (Appi) karena memang memiliki niat bisa mengabdi lebih besar untuk Kota Makassar.