Berdiri Sejak 1890, Bola Soba Bone Riwayatmu Kini!

  • Bagikan

FAJAR.CO.ID, BONE -- Riwayat Saoraja atau Bolasoba yang dalam bahasa Indonesia berarti Rumah Besar atau Rumah Persahabatan merupakan salah satu peninggalan sejarah kerajaan Bone masa lalu. Sarat nilai-nilai sejarah dari kehidupan di masa lampau, tepatnya tahun 1890.

Ya, Bolasoba ini telah berdiri sejak lebih dari 100 tahun lalu. Bola Soba dibangun pada masa pemerintahan Raja Bone ke-30, La Pawawoi Karaeng Sigeri, sebagai tempat tinggal raja.

Rumah panggung monumental di jantung kota Watampone, Provinsi Sulawesi Selatan itu kini tinggal puing setelah dini hari tadi, Sabtu (20/3/2021) dilalap si jago merah. Penyebab kebakaran masih ditelaah pihak terkait.

Bangunan dengan mayoritas bahan baku kayu itu terletak Jalan Latenritatta, Kabupaten Bone. Berdiri di atas lahan seluas 1 hektare, sejatinya Bolasoba hanya menjadi ikon bangunan rumah panggung tradisional ala masyarakat bugis Bone. Hanya ada papan nama di depan bangunan serta gapura yang mempertegas identitas bangunan tersebut.

Dilansir dari situs resmi Dinas Kebudayaan Kabupaten Bone, dalam Bolasoba tak ada benda-benda monumental yang bisa menjelaskan secara hirarki dan historis bangunan tersebut.

Hanya beberapa perlengkapan properti kesenian, seperti kostum tari dan gong. Jika hari-hari biasa Bolasoba ini menjadi tempat pelatihan sanggar-sanggar seni yang ada di kota Bumi Arung Palakka, seperti misalnya menari adat, hingga teater bagi anak-anak sanggar.

Selain itu, di bagian lain ruangan terdapat Langkana atau singgasana raja, bangkai meriam tua, gambar La Tenritatta Arung Palakka Raja Bone ke-15, silsilah dan susunan raja-raja Bone, serta beberapa benda-benda tertentu seperti guci dan dupa yang sengaja disimpan pengunjung sebagai bentuk melepas nazar atau dalam bahasa Bugis mappaleppe’ tinja’.

Saoraja telah mengalami tiga kali pemindahan lokasi. Lokasi aslinya, terletak di Jalan Petta Ponggawae Watampone yang saat ini menjadi lokasi rumah jabatan bupati Bone di Jalan Petta Ponggawae.

Selanjutnya, dipindahkan ke Jalan Veteran Watampone dan terakhir di Jalan Latenritatta Watampone sejak tahun 1978, yang peresmiannya dilakukan pada 14 April 1982 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (1978-1983) saat itu, Prof Dr. Daoed Joesoef.

Sebagai bangunan peninggalan sejarah, Saoraja didesain untuk mendekati bangunan aslinya. Namun demikian, beberapa bagian juga mengalami perubahan, baik perbedaan bahan maupun ukurannya.

Secara umum, Saoraja yang memiliki panjang 39,45 meter ini terdiri dari empat bagian utama, yakni lego-lego (teras) sepanjang 5,60 meter, rumah induk (21 meter), lari-larian/selasar penghubung rumah induk dengan bagian belakang (8,55 meter) serta bagian belakang yang diperuntukkan sebagai ruang dapur (4,30 meter).

Selanjutnya, pada bagian dinding dan tamping, dilengkapi dengan ukiran pola daun dan kembang sebagai ciri khas kesenian Islam dengan perpaduan model swastika yaitu sebuah simbol religius yang memiliki latar belakang sejarah dan budaya yang kompleks. (endra/fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan