Tawarkan Penghasilan hingga Rp3,7 Juta, Pengusaha Kelor Ini Malah Diabaikan di Kampung Sendiri

  • Bagikan

Tetapi di tengah sosialisasi itu. Terjadilah petaka yang tidak perlu terjadi. Salah seorang kadis bertanya ke buyer, dan entah apa motivasinya, oknum kadis itu mencurigai buyer yang di bawa untuk menipu masyarakat Bone. Begitulah buyer itu menangkap pertanyaan oknum kadis itu.

"Mas Fadli hentikan kerjasama ini dengan pemerintah. Kita jalan di luar jalur itu," ujar Kang Dudi (Ai Dudi Kusnadi Owner PT MOI) yang ditirukan oleh Fadli.

Fadli merasa sedih. Baginya yang hanya anak petani kampung, tidak gampang membangun jejaring pasar ekspor apalagi kelor. Dan begitu dibawa dikampungnya sendiri bukannya dihargai tapi dicurigai dan dibuat tersinggung.

"Padahal Bapak Bupati Bone sangat merespons kegiatanku itu. Bahkan memberikan langsung rekomendasi. Tetapi bawahannya yang tidak bisa menerjemahkan maksud dan tujuannya. Bahkan nyaris menghilangkan pembeli," curhat Fadli.

Makanya, itu salah satu alasan ayah lima anak itu tetap kuat dan bermental baja di kelor. Padahal waktu itu sudah mau MoU untuk 40 Ton Tepung Kelor per minggu dari Bone. Dan itu baru permintaan 1 perusahaan di Jepang.

"Tapi yaa sudahlah. Saya kembalikan semua pada ketetapan Allah. Paling tidak saya sudah pernah memulai bagaimana masyarakat Bone berpenghasilan rata-rata di atas Rp11 juta perbulan untuk luas lahan 30 are," sebutnya.

Suami Wira Nifira Inriani merinci harga 1 kg dibelikan Rp50 ribu, jadi 50 ribu di kali Rp75 ribu, hasilnya Rp3.750.000. itu omsetnya. Mesin itu pakai listrik dikeluarkan Rp250 ribu untuk biayanya. Jadi bersihnya Rp3,5 juta per bulan untuk lahan 10 are.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan