FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi, menegaskan Kemenkes sejak mengetahui terjadi peningkatan kasus gangguan ginjal akut pada anak, telah melakukan gerakan pencegahan secara cepat.
Nadia menuturkan, Kemenkes mendeteksi gangguan ginjal akut dengan cepat mulai Agustus 2022. Pasalnya, terjadi peningkatan kasus yang signifikan dari bulan sebelumnya.
Tercatat, pada Agustus ada 36 kasus, sedangkan sebelumnya peningkatan hanya satu atau dua kasus.
Untuk memastikan peningkatan kasus tersebut, Nadia menuturkan, Kemenkes mengklarifikasi dan mencocokan informasi data tersebut dengan Ikatan Dokter anak Indonesia (IDAI).
"Dari pembahasan-pembahasan ini disampaikan dan IDAI setuju ini adalah gagal ginjal berbeda," kata Nadia.
Nadia menambahkan, kondisi klinis gangguan ginjal akut yang dihadapi pasien saat ini tentu berbeda dengan gejala klinis sebelumnya, yakni tidak bisa buang air kecil secara tiba-tiba. Namun, situasi gangguan ginjal tersebut cepat terjadi perburukan pada pasien.
Kemenkes, kata Nadia, melakukan pemeriksaan virus/bakteri dan jamur dari spesimen darah dan urine. Namun, tidak ditemukan penyebab konsisten.
Apalagi, gagal ginjal yang biasa memiliki kesempatan sembuh 90 persen saat cuci darah, namun khusus untuk penyakit gagal ginjal sejak Agustus hingga Oktober 2022, proses cuci darah tidak tidak memberikan hasil yang signifikan.
"Hanya 30 persen dari awal-awal Agustus-September itu yang bisa sembuh dengan sempurna," ucap Nadia.